“Kau sengaja mengerjaiku, Belvan!” Zane membuka pintu ruangannya dengan langkah berat, ekspresinya penuh amarah.Sementara Belvan, dia tetap tenang, bahkan terlalu tenang. Dia duduk di sofa dengan santai, melepaskan kancing jasnya, seolah adegan barusan di kafetaria bukan masalah besar.“Kau sendiri yang ikut memesan apa yang aku pesan,” balas Belvan, nada suaranya datar, penuh logika. “Tapi mana aku tahu kalau kau ikut-ikutan makan apa yang... perempuan itu pesan,” ucap Zane, memilih kata terakhir dengan nada sengit.Belvan menatap Zane sebentar. “Zane, tolong. Dia punya nama. Dan namanya Valerie.” Suaranya pelan, tapi tegas. “Aku nggak suka kau menyebutnya seperti itu.”Zane mengangkat bahu. “Terserah aku mau memanggilya apa. Bukankah dia sekretaris ku?!” Matanya mengerling, seolah menekankan ya terserah dia. Dia kan yang bos si wanita itu?!“Iya! benar! Dia memang sekretarismu! Tapi kan tidak begitu juga, bro!” Belvan enggan memperpanjang, tapi kalimat itu cukup untuk mengingatkan
Huling Na-update : 2025-03-08 Magbasa pa