Terjebak Gairah Sang Cassanova

Terjebak Gairah Sang Cassanova

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-14
Oleh:  Kak UpeOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
27Bab
398Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Lunna Arberto adalah putri dari seorang miliarder di Italia, dengan kehidupan yang di permukaan tampak sempurna. Namun, di balik pesonanya, Lunna menyimpan rahasia besar: ia memiliki empat kepribadian yang saling bertolak belakang. Keberadaan Luna, Lucky, dan Lucy di dalam satu tubuh sering kali menimbulkan kekacauan dalam hidupnya. Masalah terbesar muncul ketika salah satu kepribadiannya, Luna, menyeret Lunna ke dalam sebuah misi berbahaya yang pada akhirnya membuat dirinya terlibat dengan Darren Smith, seorang CEO tampan dan dingin yang dulunya dikenal sebagai casanova. Dalam misi ini, Lunna tidak hanya harus menghadapi target yang sulit ditaklukkan, tetapi juga harus bersaing dengan kepribadiannya sendiri yang malah membuatkany terjebak dengan targetnya sendiri. Akankah Lunna akan berhasil menjalankan misinya? Temukan jawabannya dalam novel karya Kak Upe yang berjudul My Luna

Lihat lebih banyak

Bab 1

A MISSION

Rose menatap Luna dengan tatapan tajam, penuh dengan keraguan yang tersirat di matanya. Dia menghela napas sejenak sebelum melontarkan pertanyaan yang sudah lama mengganjal di pikirannya.

“Are you sure? Ini bukan misi sembarangan, Lun.” Peringatnya dengan nada serius.

Namun, Luna, seperti biasa, menjawab dengan sikap santainya. Ia menyilangkan kakinya di ujung sofa, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Kalau aku jawab tidak yakin, apa kau sendiri yang akan menjalankan misi ini, Rose?” balasnya sambil menyunggingkan senyuman sinis.

Rose hanya mengerlingkan matanya, sedikit kesal tetapi tak terlalu terkejut. Luna memang seringkali berbicara seenak jidatnya, belagu, dan itu! Terdengar seolah selalu meremehkan segalanya. Tapi Rose, sebagai teman baik sekaligus bos dalam bisnis rahasia ini, sudah terbiasa menghadapi karakter Luna yang lebih sering menyebalkan dari pada normalnya.

“Ck… kau ini sedang meragukan kemampuanku?” tukas Rose, menatap Luna dengan ujung matanya.

“Tidak! Aku tidak sedang meragukan kemampuanmu. Aku hanya bertanya saja. Secara kau sudah lama tidak turun misikan, Rose?” jawab Luna sambil berguling santai di sofa besar yang ada di markas mereka.

Rose mendesah. “Lun, aku tahu saat ini hanya kau satus-satunya orang yang paling tepat untuk menjalankan misi ini. Tapi permasalahannya entah mengapa feeling ku not good for this! Ini misi yang memakan waktu cukup lama, Lun! Aku merasa was-was! Aku khawatir dirimu yang lain bisa muncul kapan saja. Sampai saat ini kita masih belum tahu apa yang memicu kepribadian mu yang lain muncul? Kau paham maksudku kan, Lun? Siapa yang tahu kapan kau akan menjadi Lunna, Lucky, atau Lucy?” cecar Rose sambil melirik Luna dengan pandangan penuh arti.

Luna hanya tertawa kecil mendengar itu. Ia tahu, Rose tak sepenuhnya salah. Luna Arberto memang memiliki sesuatu yang tak biasa dalam dirinya—empat kepribadian berbeda yang hidup di tubuh yang sama.

Kepribadian pertama adalah Lunna Arberto, yang sering memegang kendali. Lunna adalah sosok yang dingin, pintar, dan percaya diri—perwujudan sempurna seorang nona muda dari keluarga kaya raya.

Lalu ada Luna, yang saat ini sedang berbicara dengan Rose. Berbeda dari Lunna, Luna cenderung ceroboh, sedikit bodoh, suka berbicara sembarangan, dan kadang terkesan belagu. Namun, di balik semua itu, Luna adalah sosok yang ramah jika seseorang sudah cukup mengenalnya. Yang lucu, meskipun dirinya adalah putri dari seorang miliarder, ia selalu merasa miskin.

Kemudian ada Lucky, seorang bocah lima tahun yang manja dan sering menyusahkan, meski terkadang menampilkan sisi polos yang menyenangkan. Dan yang terakhir adalah Lucy, seorang gadis berusia delapan belas tahun dengan jiwa bebas. Lucy suka berpakaian seksi dan memiliki pikiran yang liar, seringkali membuat yang lain kewalahan.

Rose menyerahkan sebuah amplop besar berisi data target mereka kali ini. Ia mengulurkan tangan, tapi tetap menahan amplop itu sebelum Luna berhasil meraihnya.

“Kau harus menjatuhkannya dengan cara apapun, Luna,” ujar Rose, serius. “Ingat! Kau tidak boleh sampai salah langkah. Karena kalau kau sampai salah langkah maka…”

“Ah, issht! Kau ini sebenarnya ingin aku menjalankan misi ini atau tidak sih?!” potong Luna dengan nada kesal. Ia langsung merebut amplop itu dengan gerakan kasar. “Lepasin, Rose!”

Tapi Rose masih belum mau melepaskan amplop itu. “Tapi, Lun…”

“Lepasin cepat! Misi ini memang dari awal untukku, kan? Kalau begitu, biar aku yang menyelesaikannya!” Luna mencicit dengan nada memaksa.

Akhirnya, dengan berat hati, Rose melepaskan amplop tersebut. Luna segera membukanya dengan penuh antusias.

“Nah, gitu dong!” serunya penuh semangat. Tapi sebelum membaca isinya, Luna teringat sesuatu. Matanya menyipit penuh selidik, lalu ia melontarkan pertanyaan yang to the point pada Rose.

“Wait! Kalau misi ini sangat penting, bayarannya pasti tinggi, kan?” tanyanya dengan mata yang berkilat penuh harapan. Sifat matre yang sudah melekat dalam dirinya tiba-tiba muncul, membuat Rose tak bisa menahan tawa kecil sambil menggelengkan kepala.

“Kau itu sudah kaya raya Luna?!! Kenapa uang tetap saja menjadi prioritas mu!” celetuk Rose sambil memijat pelan pelipisnya.

“Tell me.” Ujar Luna tidak sabaran.

Rose, partner sekaligus temannya yang sudah hafal luar dalam kepribadian Luna, hanya menghela napas panjang. "Heeemmm... tiga puluh kali lipat dari pembayaran yang biasa kita terima," jawabnya sambil mengusap tengkuk, berusaha tetap sabar menghadapi temannya yang selalu mencari untung dalam setiap misi yang dikerjakan.

Luna terkekeh puas. "Wow!!! Itu baru namanya misi," cicitnya. Lalu dengan semangat ia membuka amplop tersebut dan mengeluarkan beberapa foto. "Apa dia target kita?" tanyanya, menatap wajah seorang pria tampan di foto itu dengan satu alis terangkat.

"Yups! Namanya Darren Smith," jawab Rose,  yang akhirnya menyerah duduk di sofa di depan Luna, mencoba mempersiapkan diri untuk serangkaian pertanyaan yang pasti akan menyusul dari miss banyak tanya di depannya.

Luna menunjuk foto lain. "and this woman? Pacarnya? Atau jangan-jangan Istrinya?" tanya Luna sejurus kemudian.

"Bukan! Itu tunangannya. Namanya Mona," Rose menjelaskan sambil berusaha tetap tenang.

"So, misi yang harus aku kerjakan... ?" Lunna langsung to the point, sambil terus memandangi foto Darren dengan seksama, seperti berusaha memahami apa yang membuat pria ini jadi target.

"Misi kita adalah membuat pria bernama Darren Smith ini hancur sehingga dia tidak bisa terpilih sebagai direktur berikutnya," terang Rose sambil melipat tangan di dada, menatap Lunna dengan sorot serius.

Mata Luna menyipit penuh rasa penasaran. "Calon direktur? Menarik. Jadi siapa yang membayar kita kali ini?" tanyanya lagi, tingkat keponya mulai naik.

Rose hanya mendengus. "Maaf, Luna. Aku tidak dapat memberitahu soal itu. Identitas orang yang menyewa jasa kita tidak bisa aku katakan padamu. Itu sudah peraturan. Aku rasa kau pasti tidak lupa, kan?" Nada tegas Rose jelas menyampaikan bahwa topik ini tidak untuk dinegosiasi.

Luna memanyunkan bibir, ekspresi kekanakannya keluar. "Perasaan waktu misi terakhir, kau membocorkan informasi siapa yang membayar kita. Kenapa kali ini tidak? Kau ini sungguh tidak percaya pada temanmu sendiri."

Rose memutar bola matanya. "Aku percaya padamu, Luna. Tapi tidak pada watak GILA di dalam tubuhmu! Bisa saja Lucky atau Lucy yang membocorkannya." Celetuk Rose.

"Isssh! Dasar pelit!" seru Luna, tak puas dengan jawaban itu. Tapi ekspresinya segera berubah saat pandangannya kembali ke foto Darren. "Padahal kalau dilihat-lihat, pria ini punya mata hazel yang indah. Tapi wanita ini?" Ia menunjuk Mona di foto lain. "Dari matanya terlihat seperti wanita culas."

Rose hanya menghela napas panjang. "Pintar sekali kau menilai orang, Luna Arberto! Lalu apa penilaianmu tentang matamu sendiri? Apakah mata itu indah atau apa?" tanyanya, separuh kesal, separuh mengolok.

Luna terkikik, menjawab dengan santai, "Kalau mataku? Sudah pasti masuk kategori mata duitan. Mata yang selalu berubah hijau saat angka di rekeningku bertambah."

Rose hanya bisa menggeleng. Bicara dengan Luna memang menguji kesabaran, tapi masih jauh lebih baik dibandingkan harus berurusan dengan tiga kepribadian lainnya yang lebih rumit dan jauh lebih sulit dihadapi.

"Baiklah," kata Luna akhirnya. "Misi ini aku terima. Dan kau tenang saja. Akan aku pastikan Darren Smith gagal jadi direktur, dan juga rusak hubungan Darren dan Mona." Ia berdiri, dengan angkuh berjalan ke arah pintu.

"Jangan lupa, seperti biasa, kirimkan 50% pembayaran di awal paling lambat dua jam dari sekarang," tambah Luna sebelum membuka pintu. "Anggap saja misi ini sudah selesai." Dengan gaya percaya diri yang khas, Luna menghilang di balik pintu, meninggalkan Rose yang hanya bisa mendesah panjang.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
MAMAZAN
Wahh ...... buku baru nih dari kak upe ...
2025-03-04 07:19:33
1
27 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status