Mobil hitam itu melaju meninggalkan rumah bercat hijau pucat yang sudah tidak lagi berarti bagi Dina. Semakin jauh rumah itu tertinggal di belakang, semakin terasa beban di dadanya mulai mengendur perlahan. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, masih ada sesak yang tertinggal—terutama saat ia menoleh ke pangkuan Darmawan, ayahnya, di mana Esa sedang tertidur dengan tenang.Bayi kecilnya itu tak tahu apa pun. Tak tahu bahwa dunia kecil yang selama ini ia tinggali telah runtuh. Tak tahu bahwa rumah yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung, kini bukan lagi tempat yang aman. Dan saat itulah tembok pertahanan yang sejak tadi Dina jaga, retak secara perlahan. Air matanya jatuh, pelan, lalu deras. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya sedikit membungkuk di kursi tengah. Isaknya tertahan, namun tetap terdengar.Celia, yang duduk di sebelahnya, segera meraih bahu putrinya dan menariknya dalam pelukan. Satu tangan mengelus punggung Dina, sementara tangan lainnya meremas jemari din
Terakhir Diperbarui : 2025-07-07 Baca selengkapnya