Bak terpukul mundur, aku melangkah ke belakang. Mulutnya membentuk huruf O karena kaget dengan pernyataan pria itu. “Pak, nggak salah? Coba dilihat lagi,” ujarku pada pria itu. Sekali lagi, dia mematut pandangan pada kartu tanda pengenal milik Bang Zul. Lalu, dia mengangguk. “Benar, Mbak! Benar ini Pimpinan,” balasnya. Aku tercekat, kehabisan kata-kata. Meski sudah diyakinkan, aku masih tidak percaya. Sekali lagi, aku berjalan mundur, agak jauh dari pos sekuriti. Bukan karena ucapannya, tapi karena ingin melihat bangunan yang ada di depan mata. Bangunan ini, bangunan seluas ini … mana mungkin? Kepalaku berdenyut hebat memikirkannya. Bagaimana bisa Bang Zul ada pimpinan di pabrik ini? Bagaimana mungkin pria yang bukan sarjana dan dulunya bekerja di peternakan pinggir desa, kini menjabat sebagai pimpinan pabrik ini? “Mbak, dari mana dapatnya?“ Sekuriti itu malah berseru. Sekarang, aku terlihat seperti pelaku kejahatan di matanya. Mana mungkin pimpinan pabrik sebesar ini
Terakhir Diperbarui : 2025-06-23 Baca selengkapnya