All Chapters of Surga Semalam: Chapter 601 - Chapter 610

"Tentu saja itu karena kecantikan kamu, kelembutan kamu dan kebaikan kamu yang terpancar dari wajahmu," jawab Eva.Bella langsung tersipu malu. "Aku tidak merasa begitu, kok. Aku biasa aja, tante.""Selama ini, Gerson tidak pernah memuji-muji seorang wanita. Tidak pernah, sejak kegagalannya dulu. Hanya kamu yang dia puji." Eva sempat terdiam.Kemudian Eva berkata," sebenarnya dia tidak pernah bicara denganku, sih. Dia kebanyakan hanya bicara dengan Tony, sahabatnya, dan Tony menceritakan pada tante semuanya."Bella terdiam mendengar Eva menyinggung tentang Tony. Bella masih tidak suka dengan sikap Toni yang suka memanfaatkan keadaan untuk berusaha mengambil keuntungan dari keadaan Bella, di mana Ayah Bella yang sedang sakit, sehingga Bella tidak ingin menambah pikiran ayahnya Bella itu.Kamu mengenal Toni, kan? Dia salah satu bawahannya anakku," kata Eva."Iya, Tante. Aku mengenal Pak Toni.""Nah, Toni itulah yang tahu benar tentang anakku dan dari cerita Toni, Gerson itu mengalami be

Sekali lagi ada telepon masuk dari Rafli, stafnya Gerson, sehingga untuk kesekian kalinya Bella segera mereject panggilan telepon itu supaya Rafli kapok karena sudah untuk kesekian kalinya Rafli menelpon Bella namun Bella sama sekali tidak mau mengangkat telepon itu.Bella tidak lagi mau mengangkat telpon sejak dia mendengar dari Toni kalau Gerson berselingkuh dengan istrinya Tony.Sejak tadi, Bella memang selalu menolak telepon yang masuk kepadanya, baik dari Rafli maupun dari Rudi yang terus berusaha menelpon Bella.Bella ingin bertindak tegas. Bahkan dia ingin bertindak tegas kepada Rudi.Sebelumnya Bella selalu mendengarkan permintaan-permintaan Rudi yang menyangkut Gerson, tetapi saat ini, Bella sudah menarik garis batas untuk tidak akan lagi kompromi dengan Rudi.Hanya saja, walaupun Bella bisa langsung reject telepon masuk dari Rudi maupun dari Rafli tapi Bella tidak mungkin mengabaikan begitu saja permintaan dan permohonan dari Eva.Sejak tadi Bella berusaha untuk menolak perm

"Nggak asik, ih. Kata-kataku nggak didengar. Huh!" gerutu Julian. Setelah itu, Julian segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar tempat Bayu dirawat.Sementara Eva dan Livia masih terus menatap agak ke atas ke arah Bella yang memang memiliki tinggi 171 cm sehingga Eva yang hanya memiliki tinggi 162 cm dan Livia yang bahkan hanya memiliki tinggi 159 cm sekarang ini harus menengadah ke atas ke arah Bella. Menunggu tanggapan Bella.Karena itulah mereka berdua tidak sempat melihat saat Julian sudah ngeloyor pergi sendirian menuju ke kamarnya Bayu."Jawab pertanyaan kami, Bella. Apakah Pak Toni itu sudah beristri?" tanya Livia sambil mendelik ke arah Bella.Bella mengangguk. "Iya, Bun. Itulah yang mau aku jelaskan sejak tadi. Sebenarnya Pak Toni itu sudah beristri dan aku tidak bisa menikah dengannya.""Jadi hubungan kalian yang sudah 7 tahun itu, yang sudah mendapatkan anak kembar itu, tidak bisa berlanjut sejak dulu karena dia sudah beristri dan sampai sekarang dia masih tidak mau melep

Begitu Bella dan Julian sampai di rumah mereka, Bella langsung masuk ke dalam rumahnya dan langsung menemui Een."Maafkan aku, Bella. Aku tidak berdaya. Mereka mengancam aku dengan senjata api. Aku takut. Aku takut, Bella. Dan aku hanya bisa melihat mereka membawa Julius. Aku tidak berdaya. Huhuhu," kata Een sambil menangis dan memeluk Bella."Sudah, mbak. Aku yakin mbak sudah berusaha."Sementara itu, Julian langsung masuk ke dalam kamarnya bersama Julius. Julian mengambil beberapa barang, menarik sebuah koper, kemudian dia langsung keluar dari kamarnya."Mah, Bibi, mari kita pergi," kata Julian sambil menarik-narik tangan Bella."Pergi? Pergi ke mana?" tanya Bella."Operasi the special one sudah dilakukan. Berarti kita harus segera pergi dari sini dan mengikuti protokol yang sudah ditetapkan dari jauh-jauh hari oleh Julius. Ayo, Mah, bi.""Apa maksudmu, Julian?""Julius sudah bilang dari jauh-jauh hari, begitu ada orang yang menculiknya, maka kita harus berada di tempat yang aman su

Tiba-tiba monitor yang berada di dalam kamar ini menyala sendiri dan muncullah wajah seorang bocah cilik di monitor itu sambil teriak, "HENTIKAN!"Seorang temannya Dusan Flavovich yang baru saja akan menusuk Gerson langsung terdiam ketika dia mendengar suara di layar TV itu.Tangan Dusan Flavovich terangkat. Dia ikut melakukan pencegahan. "Jangan membunuhnya, Igor." Mata Dusan Flavovich kini tertuju ke arah monitor TV yang menayangkan semacam zoom.Dusan Flavovich tertegun karena bocah cilik yang muncul di layar TV yang tadi berteriak itu mirip dengan bocah yang dia culik yang berada di ruangan ini.Temannya Dusan Flavovich yang bernama Igor itu tidak jadi menusuk Gerson. Dia cuma menendang Gerson diikuti pukulan seorang temannya kepada Gerson yang sudah tidak berdaya karena dikeroyok empat orang.Ini membuat Gerson terlentang ke lantai.Kemudian Igor bertanya, "ada apa?"Sementara itu, Dusan Flavovich dan dua temannya sudah menghadap ke arah monitor. Kini mereka melihat seorang anak