LOGINCeline dijebak sahabatnya sehingga harus bermalam di kamar hotel bersama seorang CEO bernama Jason. Jason ingin bertanggungjawab tapi sebuah fitnah yang kejam pada Celine membuat Jason pergi. Tahun berlalu dan mereka berdua kembali dipertemukan di kantor yang sama. Jason memperlakukan Celine sebagai budak nafsu karena fitnah yang masih melekat di wajah Celine. Saat Celine akan pergi, Jason baru sadar kalau dia sangat mencintai Celine. Apalagi saat tahu kalau dia telah memiliki anak dari Celine
View MoreCeline bergegas masuk ke dalam restoran salah satu Hotel Bintang lima terkenal di kotanya.
Saat masuk dalam restoran, mata Celine mencari-cari sesuatu hingga dia menemukan sosok yang dicarinya sedang melambai ke arahnya. Celine bergegas mendekat ke arah wanita seumur dengannya yang melambai ke arahnya. "Maafkan aku, Lisa. Aku telat. Macet, sih." "Gak apa-apa, kok. Nih, aku sudah sediain minuman. Kamu kelihatan haus. Minum dulu, gih." Lisa menunjuk ke arah minuman di depannya. Lisa terlihat ingin sekali supaya Celine meminum minuman yang dia tunjuk itu. Celine mengabaikan kata-kata Lisa. Dia tidak meminum minuman itu. "Nanti, deh. Kamu mau curhat apa? Kamu kedengarannya putus asa saat nelpon aku." "Aku punya masalah rumit. Tapi, kamu minum dulu nih. Jangan khawatir, minuman ini gak ada sianida-nya." Celine tertawa mendengar kata-kata Lisa ini. Karena itu dia langsung meminum minuman yang disodorkan Lisa. "Ok." Celine mulai meminum minuman yang disodorkan Lisa. Sekalipun agak terasa aneh, tapi karena sedang haus setelah buru-buru datang menemui Lisa, maka Celine langsung menghabiskan minumannya. Lisa nampak memperhatikan betul saat Celine meminum minumannya hingga akhirnya tercipta senyuman licik di bibir Lisa. "Sebentar lagi, kehidupan sempurnamu akan berubah, Celine. Hehehe," batin Lisa sambil tertawa puas. "Kok malah ketawa?" tanya Celine. "Aku tadi khawatir banget loh sama kamu. Waktu di telpon, kamu terdengar menangis, sekarang, kamu ketawa." Lisa menghembuskan nafas berat. "Aku memang lagi sedih." "Why?" "Akhirnya aku berani menyatakan isi hatiku pada cowok yang aku sukai itu." "Terus?" tanya Celine penasaran. "Aku sudah ikuti nasehatmu untuk menemui dia dan bilang kekagumanku padanya." "Finally. Kapan?" "Dua malam yang lalu?" "Terus?" Celine mulai khawatir dengan ekspresi wajah aneh sahabatnya di kampus kuning ini. Lisa menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas sedih. "Oh, maafkan aku, Lisa. Tapi, ini mungkin bukan akhir. Bisa saja dia masih ada pertimbangan lain sehingga dia belum menerimamu. Nanti ..." "Sudahlah, Celine. Kenyataannya sudah jelas. Dia menyukai wanita lain. Itulah dasar utama dia menolakku." Lisa menatap tajam ke arah Celine. "Masak, sih? Kukira tidak ada cowok di kampus kita yang bisa menolakmu. Kamu kan cantik banget. Lihat wajahmu. Lihat tubuhmu." "Kenyataannya, dia menolakku karena mencintaimu, bangsat!" batin Lisa sambil menatap dengan penuh kemarahan ke arah Celine. "Kamu kenapa? Kenapa menatapku kayak gitu?" Celine menatap Lisa dengan penuh tanda tanya. Dia seolah melihat kemarahan terpancar dari wajah Lisa. "Aku gak apa-apa. Aku cuma kurang enak badan," bohong Lisa. "Speaking of that. Aku juga merasa kurang enak badan, nih." Celine memegang dahinya. Tiba-tiba dia merasa pusing. Keringat dingin mulai mengalir di tubuhnya. "Hehehe. Obat itu mulai bekerja. Rasakan pembalasanku, Celine," batin Lisa sambil menunduk untuk menyembunyikan senyuman puasnya. Sementara itu, Celine masih berusaha untuk mengalahkan rasa pening yang semakin menguasai dirinya sehingga dia abaikan tawaran Lisa yang mau memberinya salad. ** Tidak jauh dari tempat itu, tepatnya di kamar hotel 818, di hotel yang sama dengan restoran tempat Celine dan Lisa berada, dua orang pria terlibat dalam pembicaraan. "Jadi, gimana Ton? Kamu mau curhat apa? Terus kenapa disini? Kenapa di kamar hotel, bukan di warung kopi?" tanya Jason kepada Tony, teman kerjanya. "Ini masalah pelik, Jason. Aku tidak mau bicara tentang ini di warung kopi, dimana ada telinga-telinga di sebelah kita," jawab Tony cepat. "Ok. Kalau gitu, aku dengarkan." Tony menyodorkan sebuah gelas minuman kepada Jason. "Minum dulu. Kamu pasti haus." "Ok." Jason mulai meminum minuman yang disodorkan Tony. Sekalipun agak terasa aneh, tapi karena sedang haus setelah buru-buru datang menemui Tony, maka Jason langsung menghabiskan minumannya. Senyuman licik langsung tercipta di bibir Tony, saat melihat Jason menghabiskan minumannya itu. "Hehehe. Kamu sudah masuk dalam perangkapku, Jason. Sebentar lagi, obat perangsang itu akan menguasaimu," batin Tony. "Jadi gimana, Ton? Kamu mau curhat tentang cewek atau pekerjaan?" tanya Jason setelah menghabiskan minumannya. "Dikit lagi, deh. Aku belum tahu mau mulai dari mana, tuh." "Ya udah. Aku berikan waktu padamu sambil aku lihat transaksi saham di Amerika. Ya?" "Ok." Jason mengeluarkan handphonenya untuk melihat pasar saham Amerika yang sedang berlangsung. Beberapa saat kemudian, Jason mulai memegang kepalanya. "Kepalaku pening. Ugh ... kenapa gini?" "Mungkin kamu kecapean, bos. Kamu tunggu di sini, ya? Aku keluar dulu buat nyuruh orang hotel buat beli obat sakit kepala." "Iya, Ton," jawab Jason sambil terus memegangi kepalanya. Tony keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar dari luar. Setelah berada di luar, Tony mengeluarkan handphonenya untuk menelpon Lisa. "Iya, Ton?" kata Lisa di ujung telpon. "Gimana temanmu itu?" "Beres, Ton." "Temanku juga sudah mulai kena. Aku buru-buru keluar supaya aku gak diserangnya karena orang yang dalam pengaruh obat perangsang, bisa nyerang siapapun kalo gak ada cewek di dekatnya." "Jadi gimana?" "Bawa temanmu itu kesini buat diterkam Jason. Jangan ditunda lagi. Semua kamera yang aku siapkan, sudah siap untuk merekam semuanya." "Ok, Ton. Bentar lagi aku dan dia ke atas." "Ok. Aku tunggu depan kamar." Setelah itu, Tony berjalan ke arah lift dan menunggu depan lift di lantai 8. Hingga akhirnya pintu lift terbuka dan keluarlah dua orang gadis dari sana. Mereka adalah Lisa dan Celine. Celine nampak memegangi kepalanya dan terus dipegangi oleh Lisa. Lisa dan Tony nampak saling tukar pandangan dengan senyuman licik di wajah mereka. "Kita mau kemana, Lisa?" tanya Celine dengan kepala berat. "Ke kamarku. Aku kan buka kamar di sini. Soalnya kondisimu gak memungkinkan untuk pulang," jawab Lisa sambil mengikuti langkah Tony yang sedang menuju ke sebuah kamar. "Tapi aku akan dicari orang tuaku, Lisa." "Nanti aku telpon mamamu. Pokoknya, kamu tenang aja. Ok?" "Iya deh." Saat ini Tony sudah sampai di depan sebuah pintu kamar. Dia lalu memberi isyarat kepada Lisa. Lisa langsung mengangguk. Kemudian saat Lisa melihat Tony membuka pintu kamar, dia langsung mendorong tubuh Celine ke dalam kamar sana. Setelah itu, pintu langsung ditutup dari luar oleh Tony yang langsung tertawa-tawa bersama Lisa. "Sebentar lagi, Celine si gadis alim dan cantik itu akan kehilangan gelar alimnya, saat video panasnya berader di kampus. Hihihi. Dan Reynold akan melihat video itu, akan membenci Celine dan menerima cintaku," kata Lisa sambil tertawa-tawa. "Ya. Dan Jason akan dipecat dari kantor dan gagal jadi suami Gladys dan menantu bos besarku, saat video panasnya diputar saat rapat besok pagi. Hehehe." Tony tertawa puas. Sementara itu, Celine yang sudah berada di dalam kamar, masih memegangi kepalanya saat Jason mulai mendekatinya. Jason menggeram. Yang dia tahu, saat ini ada nafsu yang menguasainya. Nafsu untuk bersama seorang gadis dan gadis yang masuk dalam kamar ini, segera menjadi sasarannya.Hannah menunggu jawaban Selina.Selina merasa aneh. Nona Hill ini bersikap lembut dan sopan kepada semua orang—lalu mengapa ada nada tegang dalam cara bicaranya?Kebanyakan orang, ketika mendengar kata "ibu tiri," akan bereaksi dengan senang atau marah.Jika Kyle di sini, bukan dia, dia mungkin sudah meninju seseorang.Apakah Hannah tidak menyadarinya? Tidak—dia sangat memahaminya. Itulah mengapa dia tidak memprovokasi Kyle, melainkan Selina.Joe tersentuh oleh kata-kata Hannah, "Benar, Selina, aku dan Bibi Hill-mu...""Kau terlalu memikirkannya. Buat apa aku peduli?"Selina tiba-tiba melengkungkan bibirnya membentuk senyuman, "Namaku bahkan tidak ada dalam daftar keluarga Morris. Apakah Pak Morris benar-benar membutuhkan izinku untuk menikah?"Joe membuka mulutnya, tetapi Selina memotong lagi, "Lagipula..."Ia tak bisa menahan tawa kecil."Lagipula, ibuku dan Pak Morris bahkan tidak pernah menikah. Secara teknis, Pak Morris bukan duda—dia lajang. Nona Hill, kalau kau ingin menikah de
Selina mengira ia salah dengar, "Prospek perjodohan?""...Ya," kata Brooks, sama jengkelnya. "Dia sudah dianggap tunangan Joe. Nenek Morris membual di mana-mana bahwa Keluarga Morris telah mengikatkan diri dengan Keluarga Hill. Nenek itu ingin Kyle dan kau—"Suara Selina berubah sedingin es, "Katakan saja.""...Nenek itu ingin kau memanggilnya Ibu."Selina tertawa dingin dan tak percaya.Joe pergi kencan perjodohan? Dia tidak masalah dengan itu.Tapi mengharapkannya memanggil wanita lain "Ibu"? Apakah Nenek Morris masih bermimpi?Brooks mendesah, "Tapi sejujurnya, nama Keluarga Hill memang mengintimidasi. Hannah Hill adalah debutan terbaik di Kota N saat tumbuh dewasa. Ia dan putri Charles terus-menerus dibandingkan. Seorang sosialita Kota N yang menikahi Joe jelas merupakan langkah maju bagi Keluarga Morris. Nenek Morris mungkin ingin kau dan Kyle menunjukkan dukungan, agar Nona Hill tetap ada."Alis Selina berkedut. Jadi, "Nona Hill" dan putri Charles ini pernah dibandingkan satu sa
Mata Selina terbelalak. "Bagaimana itu bisa disebut curang? Lagipula kontraknya akan diperbarui hari ini. Sebagai mitra, bukankah aku bisa memilih dengan siapa aku ingin bekerja?"Logan terkekeh pelan, "Tidak menyangka kemenangan Nyonya Reid datang dengan cara yang... tak terduga."Selina menyipitkan mata padanya. Ia merasa ada maksud lain di balik ucapannya itu.Benar saja, pria itu berkata dengan malas, "Misalnya, aku tidak tahu XR Luxury ada di bawah namamu."Selina: "..."Logan bersandar di sofa dengan anggun, kakinya yang panjang disilangkan, "Selalu ada rumor bahwa pemilik XR itu benar-benar misterius. Konon hanya Brooks, presidennya, yang pernah melihatnya secara langsung."Selina membuka mulut untuk menjelaskan, tetapi sebelum ia sempat berbicara, suara-suara terdengar dari luar ruangan."Hei, kau dengar? Bos XR punya koneksi yang sangat bagus di Kota N. Selain Keluarga Morris, siapa yang berani melawan mereka?""Ha, Keluarga Morris pasti gila, berpikir mereka bisa mengosongka
"Direktur Taylor, Direktur Lee, Bos Owen!"Semua orang di ruang rapat menoleh. Seorang asisten bergegas masuk, terengah-engah dan tampak bersemangat."Pak Brooks dari XR Luxury Goods baru saja menelepon—mereka ingin memperbarui kontrak untuk satu tahun lagi!"Ruangan itu hening sejenak, lalu terang benderang."Bagus, bagus!""XR adalah klien terbesar kami. Mereka pasti memperbarui kontrak karena reputasi Pak Owen!""Cepat, biarkan saya yang menerima teleponnya agar saya bisa bernegosiasi dengan Pak Brooks.""Tidak, tidak—Owen yang harus melakukannya sendiri!"Dengan sangat cepat, Owen memegang telepon, memasang senyum menyanjung."Pak Brooks, terima kasih banyak karena terus memilih perusahaan kami. Saya sendiri yang akan menangani semuanya kali ini, yakinlah..."Luke mulai kesal.Serius?Seluruh perusahaan sudah menjadi wilayah Owen—dia berjuang keras di sini. Sekarang ada bisnis mewah yang muncul entah dari mana untuk membantu Owen terlihat bagus?Jika dia tidak bisa mengambil kemba






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews