Di seberang sana, Alessandro melempar gelas kristal ke lantai. Pecahannya berhamburan, Paul yang berdiri di seberangnya tetap tenang. Rahang Alessandro mengeras, matanya menyala penuh amarah.“Aku terlalu ceroboh,” desisnya, suaranya bergetar. “Anak itu, tidak bisa dikendalikan. Sekarang dia yang mempermainkan aku!”Paul yang berdiri di sisi ruangan menunduk, menahan napas. Ia tahu, saat Alessandro murka seperti ini, satu kesalahan kecil bisa berarti nyawanya.“Paul!” Alessandro memutar tubuhnya, sorot matanya tajam. “Ya, Tuan.” “Siapkan semuanya. Kita terbang ke Los Angeles malam ini. Tidak ada lagi peringatan. Perang yang sebenarnya akan segera dimulai. Kingsley akan menjadi milikku, Lucas tidak boleh lagi memimpin Kingsley. Kerahkan orang kita, dengan rencana sebelumnya.”Paul segera memberi isyarat pada dua bawahannya. Mereka bergegas keluar ruangan. Alessandro berdiri di depan jendela besar, menatap gelapnya malam di luar. Bibirnya melengkung membentuk senyum tipis, dingin. “Lu
Last Updated : 2025-09-16 Read more