Lahat ng Kabanata ng Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO: Kabanata 231 - Kabanata 240

Mendengar ucapan Lizbeth membuat Samantha, Veronica dan Cameron menatapnya.“Itu wajar. Semua orang menginginkan pencapaian,” kata Cameron.Lizbeth mengepal tangannya. “Termasuk membalas dendam kepada seluruh Kingsley. Apakah kau akan mengatakan wajar?”Cameron menatap Lizbeth dengan sorot mata penuh tanda tanya, wajahnya yang biasanya tenang kini berubah pucat. Victoria di kursi rodanya meremas tangan Lizbeth kuat-kuat, matanya bergetar menahan sesuatu.“Apa maksudmu.”Lizbeth mengepal tangannya tidak tahan lagi. “Lucas, dia— putramu.”Mendengar itu membuat Samantha langsung tidak sadarkan diri. Polly meraih tubuhnya, semua orang panik dan jadi semakin panik. “Lizbeth,” suara Cameron terdengar parau. “Apa yang baru saja kau katakan? Lucas… putraku?”Lizbeth menelan salivanya. Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya. Ia tahu ucapannya tadi tidak bisa ditarik kembali. Rasa sesal bercampur dengan tekad membuat dadanya sesak. “Nenek, maaf!” ucap Lizbeth meraih tangan Samantha. Saat

Lizbeth masih menangis dalam pelukan Mateo. Tangannya meremas jas ayahnya, seolah tak ingin melepaskannya lagi. Rasa bersalah dan kerinduan bercampur jadi satu, menghantam hatinya dan begitu menyakitkan.“Aku benar-benar minta maaf, Dad,” ucap Lizbeth dengan suara serak. “Aku membencimu, aku menyalahkanmu, padahal aku sendiri tidak pernah mencoba memahami. Semua yang kau lakukan, aku kira karena kau tidak lagi menginginkan aku.”Mateo menggeleng, kedua tangannya memegang wajah Lizbeth, menatapnya penuh kasih sayang yang tak pernah padam. “Tidak, sayangku. Aku sudah menganggap kamu sebagai darah dagingku.Tidak ada satu hari pun aku berhenti memikirkanmu. Aku kehilanganmu, dan ini sangat menyakitkan. Kehilanganmu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Dan aku menyesalinya setiap detik, setiap hari.”Bagaimanapun Mateo sudah berjanji akan menjaga Lizbeth di hadapan Leabeth di detik-detik terakhirnya.Air mata Lizbeth makin deras. “Kenapa sekarang, Dad? Kenapa baru sekarang kau datang?

Kilian menemui Lizbeth yang saat itu sedang berjemur di belakang, sembari mendengarkan musik di headphone. Lizbeth memejamkan matanya seraya menikmati udara pagi itu.“Nyonya ada yang ingin saya laporkan.”Lizbeth membuka matanya, dia melepaskan headphone menatap Kilian. “Kenapa?” Lalu meminta Kilian untuk duduk. “Jadi, apa yang ingin kamu sampaikan?” tanya Lizbeth.Kilian duduk di kursi rotan di sebelah Lizbeth. Nafasnya terdengar berat, seolah apa yang akan ia sampaikan bukan kabar baik. Lizbeth menegakkan tubuhnya, jantungnya berdebar tak menentu. Namun, apapun itu dia akan menerimanya dengan lapang dada. Dan dia siap untuk itu.“Aku sudah menyebar orang-orangku, menyusuri setiap hotel tempat Grace mungkin menginap,” ucap Kilian dengan suara rendah dan ekspresi serius. “Kami bahkan memeriksa daftar penumpang dan terminal keberangkatan di bandara. Tapi…” Kilian mendadak tidak melanjutkan ucapannya, ia menatap Lizbeth penuh penyesalan, “Grace, menghilang di bandara. CCTV terakhir han

PENGUMUMAN. Buat pembaca kesayangan otor, mampir yuk di novel baru otor dengan judul---"Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar" Masih anget, jangan sampai ketinggalan dan mohon dukungannya untuk novel baru otor. Terima kasih, Love you semua. Sehat-sehat kalian di sana.

Hari ini adalah sidang pertama Lucien. Pagi itu Lizbeth dan keluarganya pergi kepengadilan. Namun, tidak dengan Victoria yang tetap berada di rumah. Udara pagi itu cukup dingin.Ruang sidang di Pengadilan Negeri New York itu dipenuhi ketegangan. Sidang itu tertutup untuk media. Lizbeth menarik napas. Dia memegang perutnya yang mulai membesar, menahan getaran emosinya. Di sampingnya, Samantha menggenggam tangan Lizbeth erat.“Rileks, semuanya akan baik-baik saja. Lucien akan segera bebas,” kata Samantha menguatkan.Caspian berdiri sesaat, rahangnya mengeras. Cameron duduk di barisan depan, matanya sembab, penuh penyesalan. Kilian berdiri di sisi pintu masuk, selalu waspada, matanya menyapu ruangan mengawasi orang-orang yang ada di persidangan.Tidak lama, setelah itu hakim memasuki ruangan, ketukan palu kayu menggema di udara.Selain Victoria, ada seseorang yang tidak hadir juga hari ini untuk melihat persidangan Lucien. “Sidang dibuka,” ucap hakim tegas. Jaksa penuntut berdiri, me