Kedua manusia tanpa status yang jelas itu melangkah keluar dari kabin, membelah salju tipis yang mulai membeku di jalan setapak. Malam sudah menggulung sempurna langit Abisko, namun bukan malam pekat yang mencekam—melainkan malam hening, seperti panggung raksasa yang menunggu tirainya dibuka.Hiriety menggigil kecil saat udara menggigit pipinya, tapi Marco segera menggenggam tangannya, mengusapnya hangat dengan kedua telapak.“Jangan jatuh sakit. Aku tidak pandai merawat orang sakit,” ucap Marco pelan.“Lucunya, aku tidak percaya,” balas Hiriety setengah skeptis, separuh lagi masih berjuang menahan dingin.Mereka berhenti di tengah lapangan terbuka, tidak jauh dari lodge, tempat pepohonan tidak terlalu rapat dan langit terbuka lebar. Hanya ada suara salju yang remuk perlahan di bawah kaki, dan embusan angin yang lembut, nyaris seperti bisikan.Lalu, di detik itu—langit mulai bergerak.Sebuah kilasan cahaya
Huling Na-update : 2025-05-16 Magbasa pa