"Maafkan sikap Nadira, ya? Kadang-kadang dia memang suka kelewatan.""Tidak apa-apa, Ma. Ini lebih baik daripada Nadira membenci Anand.""Tapi ... Lebih baik kalau Nadira sedang tidak bisa diajak bicara jangan diganggu dulu, Nak. Mama gak tega lihat kamu. Wajah kamu sampai begitu." "Anggap saja ini sebagai tanda penerimaan. Ya kan, Pa?" Abram yang sedang makan langsung mengangguk menanggapi pertanyaan menantunya. Kemudian pria paruh baya itu mengacungkan satu jempolnya. "Hah, Papa ini.""Memang gak mudah naklukin Nadira, Ma. Tentu Anand harus berjuang keras untuk meluluhkan hatinya. Ya, kan, Nak?" Kini Anand yang mengangguk. "Ya sudah, terserah kalian saja. Mama mau panggil Nadira dulu biar makan bareng." Setelah melihat Melati menjauh, Abram membisikan sesuatu pada menantunya. "Nak, Nadira itu memang keras kepala dan susah sekali dibujuk. Tapi papa yakin, dia tidak akan bisa menolak kamu. Percaya sama papa."Anand tersenyum. "Siap, Pa." "Papa tahu, sedikit banyaknya Nadira it
Terakhir Diperbarui : 2025-04-26 Baca selengkapnya