"Sakit, Mbak!" Marisa memeriksa kaki Sonia yang ternyata terkilir. "Kamu kenapa gak hati-hati?" "Aku hati-hati. Tapi ya udah dasarnya aja nasib malam ini harus kaya gini kejadiannya." "Ya sudah, untuk malam ini kita udah dulu, deh, ya? Pulang aja." "Masa cuma sekali, sih, Mbak, gue tampilnya." "Udah, Dek, kita harus fokus dulu sama keadaan kamu. Neror dia masih bisa lain waktu. Lagian, kita gak tau kapan dia bakalan keluar dari hotel nanti. Mbak takut kaki kamu malah bengkak kalau gak segera dibenerin. Yuk, mbak bonceng.""Emang Mbak bisa bawa motor?" "Bisa.""Serius, nih? Nanti kita malah nyungsep lagi.""Ya Allah, Dek! Kamu itu kok gak percaya banget sama Mbak!" Sonia mencebik. "Iya iya deh, percaya."***Jam sepuluh pagi, Sonia dan Marisa kembali mengikuti Tirta. Mereka sangat menjaga jarak supaya tidak ketahuan.Tirta memasuki area parkir cafe. Setelah pria itu masuk ke dalam, Marisa ikut masuk dengan santai layaknya pengunjung biasa, seolah tidak sedang membuntuti seseora
Terakhir Diperbarui : 2025-06-26 Baca selengkapnya