Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta

Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta

last updateLast Updated : 2025-06-06
By:  UmmiNHUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
4views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sebuah tragedi yang terjadi pada Maya membuat hidup Marisa mulai tak tenang dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai wanita malam. Disamping perjuangannya untuk berhijrah, Marisa juga menyelidiki kasus kematian Maya yang ia yakini sengaja dibunuh seseorang. Di sisi lain Luqman terus mengganggunya dengan pernyataan cinta. Akan seperti apa kisah Marisa berjalan? Baca selengkapnya, dan kamu gak akan menyesal.

View More

Chapter 1

1. Wanita Malam

"Gue gak ngerasa salah tuh kerja ginian. Kita punya hak buat nentuin hidup kita sendiri. Masalah dosa, walaupun nggak kerja kaya gini juga banyak yang bikin dosa."

Aku hanya diam mendengar ucapan Maya. Dia lah yang membawaku ke dunia gelap ini setelah kesucianku direnggut paksa oleh preman-preman tak berperasaan. Diam-diam aku bekerja seperti ini tanpa sepengetahuan siapapun. Jelas saja, masa iya aku koar-koar.

Kini kami sudah tiba di depan diskotik tempat kami bekerja mencari pelanggan. Suara dentuman disko pun sampai terdengar hingga luar, beberapa orang pasti sudah memenuhi diskotik itu sambil minum dan berpasang-pasangan.

Aku dan Maya langsung duduk di kursi meja yang masih kosong. Mungkin karena aroma parfum yang sudah mereka kenal, mereka langsung menoleh menyadari kehadiran kami.

Beberapa laki-laki pun mendekat, sekedar menyapa dan berbincang-bincang. Ada juga yang memang sudah berlanqqanan pada Maya, sehingga mereka langsung menghampiri dan mengajak Maya ke kamar.

"Gue dulu!"

"Gue dulu!"

Mereka saling berebut demi mendapat service terdepan.

"Oke-oke, tenang dulu. Gini aja, siapa yang berani bay4r paling tinggi, dia yang duluan," ucap Maya membuat ketiga laki-laki tadi saling menatap.

"Satu juta!"

"Dua juta!"

"Dua juta setengah!"

Maya tertawa sambil bertepuk tangan, benar-benar menikmati persaingan mereka dalam memperebutkannya.

"Sepuluh juta!"

Aku dan Maya sontak menoleh ke arah suara itu terdengar, seorang pria yang cukup matang dengan jenggot tipis berjalan mendekat.

Maya menjentikkan jari dengan antusias. "Ada lagi?"

Semua orang terdiam sambil saling tatap. "Oke, karena gak ada yang nawar lagi, dia pemenangnya. Ris, gue duluan ya?" ucapnya sambil diranqkul oleh laki-laki tadi.

Aku hanya tersenyum tipis menatap kepergian sahabatku dengan pelanggan pertamanya.

"Dia emang gak heran sih, selalu gampang narik cowok. Dari yang kaya sampe yang pas-pasan, dari tua sampai anak ABG sekalipun. Beda sama gue yang cuma punya penampilan pas-pasan," gumamku.

Ya, sahabatku itu salah satu primadona di sini. Wajahnya yang cantik, tubuhnya yang menggoda dan idaman para pria membuatnya jadi rebutan. Mungkin karena itu pula Maya tidak pernah kepikiran untuk berhenti dari pekerjaan ini, walaupun neneknya nangis-nangis minta dia berhenti malam ini juga.

Nenek Maya tak seperti biasanya menangisi kepergian Maya. Padahal, biasanya tidak pernah menampakkan diri dan peduli. Mungkin saking sudah lelahnya mengingatkan tapi tidak didengar.

Selang beberapa jam, Maya baru kembali dan menghampiriku.

"Eh, bengong aja Lo," tegurnya.

"Iya nih, gak biasanya sepi" ucapku dengan lesu.

"Sabar Say, nanti juga dateng kok. Waktu masih panjang."

Lagi-lagi aku tersenyum kecut mendengar ucapannya. Dan hingga lewat tengah malam pun, aku nyatanya tak mendapat ajakan sama sekali, sedangkan Maya sudah melayani tiga orang. sepertinya rezekiku malam ini lagi jelek.

Aku yang putus asa pun bangkit dari kursi dan hendak pulang. Namun, tanpa sengaja aku malah menabrak seseorang yang berada di belakangku.

"Aduh, maaf banget, Om. Aku gak sengaja," ucapku.

Pria yang sudah cukup tua yang semula berwajah marah seketika langsung berubah ekspresi, menatapku dari bawah hingga atas dengan tatapan lapar. Uhuy! Dapat mangsa juga nih, kayanya. Hatiku bersorak.

"Siapa namamu, Cantik?" tanya om-om itu.

"Aku Marisa Om," jawabku sambil tersenyum manis. Sebisa mungkin berusaha menarik perhatiannya. Ya, inilah yang harus kami lakukan sebagai wanita penjaja raga.

"Manis sekali, bisa kamu temani saya malam ini?" tanyanya dengan tatapan nakal.

"Oh, tentu saja Om. Kebetulan aku lagi kosong malam ini," ucapku dengan suara yang sengaja dibuat mendayu-dayu.

"Jadi saya yang pertama, nih?" tanyanya antusias bagaikan menang undian saja.

"Betul, Om."

"Panggil saja saya Mas Daka."

"Oh, iya, Mas Daka," ulangku dengan mengedipkan mata.

Dia tersenyum dan mencubit daguku dengan gemas. Kemudian merangkul dan menuntunku menaiki tangga. Tangan si pria plontos itu sudah tak sabar terus saja bermain-main dengan tubuhku walaupun kamu masih berjalan.

Saat hendak masuk ke dalam kamar, aku sempat melihat Maya yang juga akan masuk ke dalam kamar dengan pria yang sudah berbeda lagi. Kali ini pria itu terlihat cukup berumur, seperti ayah beranak tiga. Kami sempat saling melempar senyum dan dia mengacungkan kedua jempolnya padaku.

Begitu pintu ditutup, pria yang bernama Daka itu pun langsung menerjang tubuhku dan menyerang dengan ganas hingga aku hampir kewalahan.

"Pelan-pelan, Mas."

"Ah, saya sudah gak sabar."

Baru saja beberapa menit pemanasan, aku dan Daka dikejutkan dengan suara teriakan histeris dari luar kamar.

"Tolooongg...... Diaa... Dia sekarat! Toloong!" Suara seorang laki-laki berteriak dari luar kamar. Aku yang penasaran pun segera membenarkan pakaian dan hendak beranjak.

"Hey, mau kemana kamu? Biarin saja itu, kamu harus menuntaskan ini semua," ucap Daka dengan mata tajam.

"Sebentar Mas, takutnya di luar ada polisi atau penggerebekan. Kan gawat?" ucapku membuat Daka mendengkus kesal.

"Sebentar saja, langsung kemari lagi!" ucapnya dengan kesal.

Aku pun mengangguk, membuka pintu dan keluar meninggalkan Daka sendirian.

Terlihat sudah ada beberapa orang yang mengerumuni ambang pintu salah satu kamar. Aku mulai merasa cemas saat mengingat kalau pintu kamar itu adalah yang tadi dimasuki oleh sahabatku, Maya.

Dengan tergesa-gesa aku pun mendekat. "Permisi, ada apa ya ini?" tanyaku pada salah satu orang yang ikut berkumpul di sana. Siapa tahu aku salah dengar tadi.

"Katanya ada yang sedang sekarat," ucap orang itu menjawab.

Deg!

Perasaanku semakin tak enak, dengan sekuat tenaga aku berusaha menerobos ke dalam kamar. Mataku langsung membulat sempurna saat melihat pemandangan yang begitu mengerikan di dalam sana...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status