Madana bertanya dengan datar, "Nona Harini, kamu kira aku ini siapa?"Harini tertegun. Nama itu beberapa kali hampir bergulir dari bibirnya, tetapi pada akhirnya tidak terucap."Tabib Madana, kamu terasa begitu familier bagiku. Begitu familier hingga membuat hatiku sedikit sakit," ujar Harini dengan mata berkaca-kaca dan senyum di wajahnya.Ketika air mata Harini terjatuh, Madana membantu menyekanya dengan lembut, tetapi juga tanpa emosi. Hanya matanya yang memancarkan kilat iba.Bahkan ekspresi Madana juga seperti Yervan. Dia seperti dewa yang memandang dunia manusia, terlepas dari emosi fana.Harini berucap dengan sedikit gugup, "Aku ....""Nona Eliska," panggil Madana.Harini membeku, tidak bicara lagi.Saat Eliska kembali ke ruangan, Harini sudah mengenakan topi bambunya lagi. Dia duduk dengan tenang di depan Madana tanpa mengatakan apa pun."Nona Harini terkena racun yang menyerang jantungnya. Kondisinya nggak serius, tapi dia perlu istirahat dan nggak boleh bepergian untuk sement
Read more