Semua Bab Pengantin Pengganti Bos Mafia: Bab 51 - Bab 60

"Huh?" Sorot mata Tiara meredup. "Sudah tahu?" "Ya," jawab Lynette pelan. Makanan yang tadinya sangat menggugah selera, kini tampak lagu di antaranya Lynette. Pembicaraan ini merubah suasana hatinya. "Lalu, bagaimana responnya?" Tiara tahu, dia telah membuat Lynette jadi murung dan dia tidak bermaksud seperti itu. "Ah, sudahlah. Jangan di jawab. Aku memang tidak berhak mengatakan apapun tentang kalian. Aku sangat menghormati tuan Issac sebagai ketua dalam keluarga, aku sangat mengenalnya dengan respon yang dia berikan terkait pekerja. Tapi, aku belum pernah melihat dia memberikan respon pada percintaan." "Kau pasti tidak bisa menduganya." "Ya, tuan Issac pria dewasa yang terkadang aku tidak bisa mengerti jalan pikirannya. Kau pun merasa begitu, kan?" "Sepertinya iya." Mata lynette beralih melihat pada tumpukkan cucian yang ada di wastafel samping kompor. "Respon yang dia berikan tadi, cukup membuat aku kecewa. Tapi, aku tahu semua itu sudah sepatutnya aku dapatkan." "Tidak."

Lynette tidak pernah tahu apa itu membantah, seumur hidupnya yang dia tahu hanyalah menerima dan berusaha menenangkan hatinya, jika sesuatu yang diberikan kepadanya adalah yang terbaik. Ketika ayahnya datang ke rumah membawa satu kardus pakaian bekas Rose, dia senang. Karena akhirnya dia punya baju-baju bagus, meskipun tidak baru dan bekas orang. Setiap ayahnya datang dengan membawa kemarahan dan makian, sebab kegagalan melakukan sesuatu. Lynette akan selalu diam dan duduk dengan kepala yang tertunduk, seolah dialah dalang dibalik kekalahan yang dialami oleh Benjamin. Sebab, jika dia membantah ayahnya itu akan semakin bertindak kasar. Bukan hanya memukul badannya dengan gagang sapu, tapi juga meninggalkan dia di dalam kamar dan menguncinya tanpa memberikan penerangan dan makanan. Yang selalu ayahnya katakan jika menyudahi hukumannya adalah, "ini semua demi kebaikanmu. Jika kau tidak bisa bertahan dari semua ini, kau tidak akan bisa hidup di dunia yang kejam ini."Lynette tentu saj

"Ketika kau bersiap tahap pertama, yang harus kau lakukan adalah mensejajarkan lebar kaki dengan bahu. Punggung harus tegak, berat badan terbagi rata, dan pandangan lurus ke depan."Tiara menendang lutut Lynette, saat kaki wanita itu tidak sesuai dengan yang dia arahkan. "Lebih lebar, selebar bahu, Lynette."Lynette menggeser kakinya lebih lebar, selebar bahunya. "Punggung tegak," ujar Tiara lagi. "Ya, bagus.""Sekarang, pegang busur ini." Tiara memberikan busur yang dia pegang pada Lynette. "Cara memegang busur adalah dengan menyamankan pegangan, hingga tiba di titik nyaman dan merasa kokoh. Hal itu dilakukan untuk menghindari adanya ketegangan yang dapat mempengaruhi akurasi tembakan. Teknik memegang busur ini sangat penting untuk memastikan kontrol yang tepat selama proses menarik dan melepaskan anak panah."Penjelasan dari Tiara, Lynette dengarkan dengan saksama, meskipun tangannya bergetar menerima busur yang ternyata lebih berat dari yang dia kira-kira sebelumnya. Tiara mengu

Kelenggangan terjadi antara Tiara dan Rekash. Kedua memiliki ekspresi yang berbeda. Tiara dengan wajah kebingungan menatap sang suami yang tidak tampak seperti biasanya, aneh. Sedangkan Rekash malah sibuk dengan kegugupan yang hampir membuat dia menyerah, tapi dia tidak boleh berhenti begitu saja. Jika dia gagal, konsekuensi akan dia dapatkan. Di dalam mobil, ada Lucian yang duduk di kursi belakang dengan memandang dua pasangan suami istri itu dengan penasaran. Rekash yang tidak kunjung melakukan apa yang dia suruh tadi membuat Lucian geram dan merasa tidak sabar. Beralih pada Rekash, pria itu sekali lagi melirik istrinya yang sudah mulai geram. "Aku bersumpah akan memukul pantatmu, jika kau tidak segera mengatakan apa maksudmu.""Tidak!" Rekash bersumpah dia tidak sengaja meninggikan suaranya. "Aku hanya ingin mengatakan sesuatu, sebentar.""Ya, baiklah, apa?" Tiara mencoba bersabar. "Apa kau .... ""Kenapa? Aku? Aku apa?" Rekash tanpa sadar melirik kembali pada mobil yang te

"Jaga posisi stancemu, buka lebar kedua kakimu sama dengan lebar bahu. Pegang busurmu dengan kokoh, jaga anak panah tetap lurus.""Kali ini kita akan fokus latihan blank bale shooting, tujuan latihan ini adalah memperbaiki teknikmu, bulan hanya untuk tepat sasaran." Tiara menunjuk pada bale jerami besar yang beberapa langkah di hadapan mereka. Bale jerami itu ada di bawah pohon beringin besar yang biasanya digunakan Lynette untuk duduk beristirahat. Sekarang di sana terdapat satu bale untuk latihannya. Angin pagi berhembus lembut, membawa rasa dingin yang menusuk hampir meremukkan tulang-tulang rapuh Lynette. Hari ini dia memakai jaket biru beraksen garis putih dengan celana biru yang senada juga. Pagi tadi, Lynette bangun dengan perasaan yang sangat bahagia. Sebab, saat dia membuka lemari dia menemukan banyak sekali baju-baju baru yang kata Tiara dia boleh memakai semuanya. Lynette nanti akan berterima kasih pada Tiara karena menyediakan banyak baju untuknya. "Posisimu sangat bag