Semua Bab TAMBATAN HATI SANG CEO : Bab 31 - Bab 40

Kemarahan Abdiel di rumah tua,Di sebuah rumah tua di pinggiran Kota Jakarta, hujan gerimis membasahi atap yang mulai rapuh. Angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di halaman belakang yang dipenuhi semak belukar. Lampu di dalam rumah redup, hanya ada satu bohlam tua yang menggantung di langit-langit ruang tamu yang luas, menerangi meja kayu panjang di tengah ruangan.Suasana tegang terasa kental di dalam rumah itu. Abdiel, seorang pria berusia akhir dua puluhan dengan jas mahal dan wajah penuh kemarahan, berdiri di ujung meja. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat. Di hadapannya, juga berdiri tiga pria, Reza, Bagas, dan Fajar sedang duduk dengan kepala tertunduk, menunggu vonis dari majikan mereka yang jelas-jelas sedang murka."Kalian benar-benar tidak becus!" bentak Abdiel, suaranya menggema di seluruh ruangan. Matanya berkilat tajam, menatap ketiga anak buahnya dengan penuh amarah."Maaf, Bos." Reza mencoba berbicara, akan tetapi langsung dipotong oleh Abdiel."M

Lamaran tak terduga di Kam’s Roast Restaurant,Malam akhir pekan itu, suasana di Kam’s Roast Restaurant, restoran berbintang Michelin di Plaza Indonesia, terasa hangat dan eksklusif. Aroma khas bebek panggang ala Hong Kong memenuhi udara, memberikan nuansa menggoda yang membuat siapa pun tak sabar untuk mencicipinya. Restoran ini dikenal karena kelezatan hidangan bebek premiumnya yang dimasak dengan teknik khusus, menghasilkan kulit yang renyah dengan daging yang lembut dan juicy.Di dalam salah satu ruangan VIP restoran, Farez dan Zera telah tiba lebih awal untuk menyambut kedua keluarga mereka. Malam ini terasa istimewa, bukan hanya sekadar makan malam keluarga biasa, tapi juga momen di mana Farez akan mengungkapkan rencananya yang lebih besar yaitu ingin melamar Zera di hadapan orang tua mereka.Sang Tuan muda, Farez Keil mengenakan tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu, terlihat gagah dan berwibawa seperti seorang CEO muda yang sukses. Sementara itu, Zera tampil menawan dengan gaun

Sabtu siang yang cerah di Jakarta. Hiruk pikuk kota mulai mereda, memberi ruang bagi mereka yang ingin bersantai setelah lima hari sibuk dengan pekerjaan. Di Senayan City, sebuah mall mewah di Kawasan Jakarta Selatan, tiga sahabat duduk bersama di Restoran Remboelan, restoran khas Indonesia yang terkenal dengan menu autentiknya.Di tengah interior restoran yang didominasi kayu jati dan dekorasi bernuansa Nusantara, Zera, Mary, dan Marsha menikmati suasana santai. Mereka duduk di meja dekat jendela besar, yang memberikan pemandangan gedung-gedung tinggi Jakarta. Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang, tepat saat perut mulai lapar.Zera tersenyum lebar, merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya sebelum keberangkatan ke Belgia bulan depan. Dengan rambut panjang bergelombang yang tergerai rapi dan gaun putih kasual yang dirinya kenakan, Zera tampak bersinar. Mary dan Marsha, yang sama-sama mengenakan pakaian santai namun tetap elegan, sudah tak sabar mendeng

Di sebuah rumah tua di pinggiran Kota Jakarta, malam terasa lebih suram dari biasanya. Cahaya remang dari lampu gantung tua menerangi ruang tamu yang luas namun berantakan. Aroma minuman beralkohol bercampur asap rokok memenuhi udara, menciptakan suasana mencekam.Di tengah ruangan, terdengar suara benda jatuh dengan keras kursi kayu yang dilempar menabrak dinding dan pecah berkeping-keping."Kalian semua sialan!"Abdiel, pria bertubuh tegap dengan tatapan penuh kebencian, berdiri di tengah ruangan dengan napas memburu. Tangan kanannya mengepal erat, sementara wajahnya merah karena amarah dan pengaruh alkohol.Di hadapannya, tiga pria, Bagas, Reza, dan Fajar sedang berlutut dengan tubuh penuh luka. Wajah mereka lebam, bibir ketiganya pecah, dan beberapa bagian tubuh mereka memar akibat pukulan yang baru saja diterima dari sang bos.Reza, yang merupakan pemimpin dari ketiganya, mengangkat wajahnya dengan susah payah. Darah segar masih menetes dari sudut bibirnya."Maaf, Bos. Kami sudah

Sebuah ballroom hotel bintang lima di salah satu sudut Kota Jakarta dipenuhi nuansa elegan dengan dominasi warna emas dan putih, mencerminkan keanggunan dan keistimewaan acara malam ini, bridal shower Zera. Lampu kristal yang bergemerlap di langit-langit menambah kesan mewah, sementara bunga mawar putih menghiasi setiap meja. Farez, sang tunangan Zera, telah menyiapkan semuanya dengan sempurna. Sebagai pengusaha sukses, dia ingin memastikan bahwa malam ini menjadi salah satu kenangan terindah dalam hidup Zera sebelum mereka melangkah ke jenjang pernikahan. Zera berdiri di dekat panggung utama, mengenakan gaun putih lembut yang membuatnya terlihat semakin cantik. Wajahnya berseri-seri saat melihat ballroom dipenuhi orang-orang yang ia cintai. Joseph dan Mary adalah yang pertama tiba. Joseph tampil gagah dengan setelan hitam kasual, sementara Mary terlihat anggun dalam gaun biru pastel. "Zera, selamat, ya!" Mary langsung memeluk sahabatnya dengan erat. "Terima kasih, Mary!" Zera mem