Di sebuah perumahan mewah di Kemang Residence, seorang pria muda bernama Farez Keil terlihat berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Mengenakan kemeja biru tua yang dipadukan dengan celana hitam formal, dia tampak rapi dan siap untuk menghadiri acara reuni sekolahnya, SMA Cipta Nusantara. Wajah tampannya yang dihiasi senyum tipis menunjukkan antusiasme yang jarang terlihat darinya.Setelah memastikan rambutnya tersisir rapi, Farez meraih kunci mobil dan jam tangannya di meja. Langkahnya mantap menuju pintu keluar kamarnya. Dia melewati ruang keluarga yang luas dan elegan dengan sofa empuk berwarna krem serta karpet Persia yang mahal. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara Papi Deron, ayahnya.“Farez, duduk dulu sebentar. Ada yang ingin Papi dan Mami bicarakan,” ucap Papi Deron dengan nada serius.Farez menghela napas pelan, jelas tidak ingin terlibat percakapan panjang saat ini. “Papi, aku lagi buru-buru. Kalau penting, bisa kita bicarakan nanti?”Mami Ester yang
Di kamar luas yang mewah dengan jendela besar yang menghadap ke taman rumah, Zera Mirae berdiri di depan cermin rias. Jemarinya yang lentik dengan hati-hati menyisir rambut panjang hitamnya yang berkilau. Setelah puas, gadis cantik itu pun mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda sederhana namun elegan. Dia memandangi wajahnya di cermin, memastikan riasannya sempurna.“Baiklah, Zera. Kamu bisa melakukannya,” gumamnya sambil menarik napas panjang.Sang gadis mengenakan gaun selutut berwarna biru tua yang pas di tubuhnya. Penampilannya tampak anggun namun tidak terlalu berlebihan. Sepatu hak tinggi yang senada melengkapi gayanya malam itu. Dia lalu memutar tubuhnya sedikit, memastikan semua terlihat sempurna.Zera melirik jam di meja kecil di sebelah cermin. Masih ada banyak waktu untuk segera menuju lokasi acara. Namun sang gadis harus segera berangkat jika ingin tiba tepat waktu di acara reuni SMA Cipta Nusantara.Di dalam hatinya, ada rasa berdebar yang sulit dijelaskan olehnya. Reuni
Suasana pagi menjelang siang itu begitu hangat. Restoran rooftop yang menjadi tempat reuni angkatan SMA Cipta Nusantara di dekorasi dengan lampu-lampu gantung berwarna kuning keemasan, menciptakan nuansa romantis dan penuh nostalgia. Beberapa alumni terlihat berbincang hangat, tertawa lepas mengingat kenangan-kenangan lama. Di sudut ruangan, panggung kecil menampilkan beberapa alumni yang bernyanyi lagu-lagu cinta populer. Lantunan suara mereka menggema indah, yang menambah suasana melankolis bagi sebagian orang yang hadir.Di pojok restoran, seorang gadis cantik bernama Zera Mirae memilih duduk sendirian. Dia memandang jauh ke arah cakrawala kota yang berkilauan, pikirannya melayang. Situasi hari ini mengingatkannya pada banyak hal yang dulu pernah dialami olehnya namun karena keadaan yang memaksa, semua harus tinggalkannya. Lagu cinta yang disenandungkan dari atas panggung membawa ingatannya kembali ke masa-masa SMA. Saat-saat penuh kenangan bersama orang-orang yang pernah mengisi
Sesaat setelah acara reuni selesai,Sinar matahari yang hangat menyapu wajah Zera ketika dia berdiri di dekat dermaga Pantai Ancol, menatap ombak yang tenang berkejaran di tepian. Di sampingnya, Farez tersenyum lembut, memperhatikan raut bahagia Zera. Mereka baru saja memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, mengenang masa-masa SMA yang penuh kenangan. Hubungan mereka yang sempat kandas kini terajut kembali dengan indah."Aku nggak pernah bosan lihat laut ini, Kak Farez," ujar Zera sambil menghela napas panjang. "Rasanya tenang banget di sini. Jadi ingat saat dulu kita masih duduk di bangku SMA. Kita sering menghabiskan waktu di sini," tutur sang gadis lagi.Farez mengangguk. "Aku tahu. Laut ini juga saksi waktu kita sering kabur habis pulang sekolah, ingat nggak?"Zera tertawa kecil, mengangguk. "Ha-ha-ha. Kamu dulu sering banget ngerayu aku buat ke sini, padahal kita tahu bakal dimarahin sama guru BK kalau ketahuan.""He-he-he. Tapi mereka nggak pernah tahu, kan?" jawab Farez
Cinta yang harus diperjuangkan,Malam pun tiba, setelah menghabiskan waktu seharian bersama Farez, Zera dijemput oleh sopir pribadinya di tempat pertemuan terakhir mereka. Farez, di sisi lain, menyetir sendiri mobilnya menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan, senyuman tak henti menghiasi wajah keduanya. Janji untuk memperjuangkan cinta mereka memberikan harapan baru di tengah berbagai tantangan yang akan dihadapi bersama.Sesampainya di rumah, Zera keluar dari mobil dengan langkah ringan. Dia menyapa sekilas beberapa pelayan rumahnya yang menyambutnya di pintu, lalu masuk ke dalam rumah megah Keluarga Cornelius. Hatinya yang penuh kebahagiaan segera berubah tegang ketika melewati ruang keluarga dan mendapati ayahnya, Tuan Cornelius, sang ayah yang terkenal penuh wibawa sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan tajam.“Zera,” panggil Tuan Cornelius dengan nada tegas. “Dari mana saja kamu? Sudah malam begini baru pulang,” ujar sang ayah dengan tatapan tajamnya.Zera yang
Hari telah beranjak siang, matahari bersinar cerah di langit Kota Jakarta. Gedung-gedung tinggi di pusat bisnis berdiri megah, menampakkan kesibukan yang tak pernah surut. Di salah satu gedung tersebut, tepatnya di lantai dua puluh lima, Farez baru saja menyelesaikan meeting panjang dengan kolega bisnisnya. Kemeja putihnya tetap rapi, dengan dasi biru yang longgar melingkar di lehernya. Dia menghela napas lega, melirik arlojinya, memastikan waktu masih sesuai jadwal.“Akhirnya meeting selesai juga!” ucapnya lega.Tiba-tiba, pintu kantornya diketuk dari luar. "Masuk," seru Farez, tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.Joseph, sahabat sekaligus tetangganya di gedung perkantoran ini, masuk dengan langkah santai. Jas hitam yang dia kenakan tak mampu menyembunyikan auranya yang selalu ceria. "Farez! Siang ini kita makan di tempat biasa, ya?" ujarnya tanpa basa-basi sambil menduduki sofa di ruangan itu.Farez mendongak, lalu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Maaf, Jo. Hari ini gue
Petualangan Romantis Farez dan Zera di Amazing D’Caribbean,Setelah menikmati makan siang di sebuah restoran penuh kenangan, Farez memandangi Zera dengan senyum lembut. Restoran itu merupakan tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama saat masih SMA, dan kenangan itu terasa hidup kembali.Lalu tiba-tiba Farez berkata kepada kekasihnya,“Bagaimana kalau kita lanjut ke Mall Kota Kasablanka? Sudah lama banget kita nggak ke sana. Aku mau mengajak kamu ke Amazing D’Caribbean, tempat favorit kita dulu,” ujar Farez antusias.Zera mengangguk penuh semangat. “Aku suka banget ide itu! Ayo, Kak!”“Okay, yuk kita segera meluncur!” ucap Farez lalu menggenggam tangan kekasihnya dengan sangat erat.Bowling Seru di Amazing D’Caribbean.Sesampainya di mall, Farez dan Zera langsung menuju Amazing D’Caribbean, sebuah arena permainan yang dipenuhi lampu warna-warni dan musik yang membangkitkan semangat. Farez segera menarik Zera menuju arena bowling.“Kamu siap kalah, Kak?” tantang Zera sambil meng
Setelah menikmati sore yang penuh kebahagiaan bersama Farez di Amazing D’Caribbean, Zera akhirnya berpamitan kepada kekasihnya. Cahaya senja menghiasi langit ketika Farez mengantar Zera ke depan mall.“Terima kasih, Kak Farez. Hari ini menyenangkan banget,” ucap Zera dengan senyuman manis.“Aku juga senang banget. Jaga dirimu, ya. Kapan ada waktu santai, kita bertemu lagi!” balas Farez sambil melambaikan tangan.Gadis itu pun masuk ke dalam taksi online yang akan membawanya untuk pulang ke rumahnya. Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya Zera sampai juga di rumah mewah milik keluarganya.Zera pun mulai melangkah masuk ke rumahnya yang megah, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok ayahnya, Tuan Cornelius, berdiri di ruang keluarga dengan berkacak pinggang dan sorot mata tajam. Nyalinya langsung terasa menciut.“Dari mana kamu, Zera?” tanya Tuan Cornelius dengan nada tegas.Zera menelan ludah. Dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan soal Farez. “
Kemarahan Abdiel di rumah tua,Di sebuah rumah tua di pinggiran Kota Jakarta, hujan gerimis membasahi atap yang mulai rapuh. Angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di halaman belakang yang dipenuhi semak belukar. Lampu di dalam rumah redup, hanya ada satu bohlam tua yang menggantung di langit-langit ruang tamu yang luas, menerangi meja kayu panjang di tengah ruangan.Suasana tegang terasa kental di dalam rumah itu. Abdiel, seorang pria berusia akhir dua puluhan dengan jas mahal dan wajah penuh kemarahan, berdiri di ujung meja. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat. Di hadapannya, juga berdiri tiga pria, Reza, Bagas, dan Fajar sedang duduk dengan kepala tertunduk, menunggu vonis dari majikan mereka yang jelas-jelas sedang murka."Kalian benar-benar tidak becus!" bentak Abdiel, suaranya menggema di seluruh ruangan. Matanya berkilat tajam, menatap ketiga anak buahnya dengan penuh amarah."Maaf, Bos." Reza mencoba berbicara, akan tetapi langsung dipotong oleh Abdiel."M
Keselamatan Zera di ambang bahaya,Plaza Indonesia siang itu tampak ramai seperti biasa. Orang-orang berlalu lalang dengan berbagai tujuan, ada yang berbelanja, ada yang sekedar bertemu rekan bisnis atau sahabat. Zera, yang baru saja turun dari mobil, tidak menyadari jika barusan dia hampir saja mengalami insiden yang berbahaya.Di belakangnya, tiga orang bodyguard perempuan yang diperintahkan oleh Farez berjalan dengan sigap, memastikan keamanan Zera tanpa membuatnya merasa terkekang. Mereka terlihat seperti asisten pribadi, berpakaian elegan namun tetap waspada terhadap sekeliling.Beberapa saat yang lalu.Setelah menerima perintah dari Farez, Pak Rudi segera bertindak cepat. Dia menghubungi tiga anak buahnya yang sudah lama dipercaya olehnya, yaitu Sita, Rena, dan Lina.Pak Rudi pun memberi perintah kepada ketiganya,“Nona Zera harus dijaga setiap saat. Kalian bertiga akan mengawalnya ke manapun dia pergi. Jangan sampai Nona tersebut menyadari terlalu berlebihan, tapi tetap pastika
Di suatu siang di jam istirahat,Tepatnya di lantai tertinggi sebuah gedung perkantoran mewah di pusat Kota Jakarta, suasana di ruang kebesaran milik pengusaha muda bernama Farez Keil terasa sangat santai meskipun tempat itu dikelilingi oleh interior elegan dan nuansa bisnis yang kuat. Di dalam ruangan tersebut, tiga pria muda yang dikenal sebagai geng ARJOFA, singkatan dari Arnold, Joseph, dan Farez, sedang berkumpul saat ini. Mereka bukan sekadar sahabat lama dari SMA Cipta Nusantara, akan tetapi kini masing-masing telah sukses menjadi CEO muda di perusahaan mereka sendiri.Hari ini, ketiganya berkumpul di kantor Farez Keil, pria yang baru saja mendapat restu untuk menikahi kekasihnya, Zera Mirae Cornelius.Joseph membuka pembicaraan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Selamat ya, Bro. Akhirnya Lo dapet restu buat nikahin Zera.”Arnold yang duduk di sebelahnya mengangguk setuju. “Bener banget. Gue masih nggak nyangka Lo sama Zera sudah pacaran dari SMA dan Lo rahasiakan teru
Cinta yang terungkap ditengah perjodohan.Di sebuah ruang tamu yang megah dengan lampu kristal menggantung di langit-langit, empat orang tua tengah duduk serius di sofa mewah berwarna gading. Mereka adalah Tuan Deron dan Nyonya Ester, orang tua dari Farez Keil, serta Tuan Cornelius dan Nyonya Debira, orang tua dari Zera Cornelius. Dua keluarga terpandang ini baru saja selesai membicarakan rencana perjodohan anak-anak mereka.Namun, suasana yang awalnya penuh antisipasi berubah saat Farez memasuki ruangan dengan langkah mantap, diikuti oleh Zera yang sedikit gugup. Wajahnya memerah, tapi genggaman tangan Farez yang erat di tangannya membuatnya lebih tenang.Farez berhenti di tengah ruangan dan menatap semua orang dengan tegas. Dengan suara lantang dan penuh keyakinan, dia berkata,"Papi, Mami, Om, Tante. Aku sangat setuju dengan perjodohan ini," serunya dengan suara tegas.Para orang tua seketika menatap ke arah Farez dengan ekspresi terkejut."Tunggu, apa maksudmu?" tanya Tuan Deron,
Mobil sedan hitam mengkilap melaju dengan anggun memasuki halaman rumah mewah bergaya klasik Eropa. Tepat pukul lima sore, Tuan Cornelius, Nyonya Debira, dan putri mereka, Zera, tiba di kediaman kolega bisnis Tuan Cornelius.Ketika seorang pelayan membukakan pintu mobil, Tuan Cornelius turun lebih dulu, mengenakan jas abu-abu tua yang elegan. Nyonya Debira menyusul dengan anggun dalam balutan gaun biru navy. Terakhir, Zera keluar dengan langkah penuh percaya diri, mengenakan gaun hijau toska yang memperlihatkan keanggunannya. Rambut panjangnya yang tergerai dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilauan.Begitu melihat mereka, sang tuan rumah, seorang pria paruh baya dengan perawakan tegap, segera menyambut dengan senyum lebar."Cornelius! Senang sekali kamu datang," sapanya sambil menjabat tangan tamunya erat."Ternyata kita sudah lama tak bertemu. Terima kasih atas undangannya hari ini," balas Tuan Cornelius sopan.Mata sang tuan rumah dan istrinya kemudian tertuju pada Zera. Mereka ta
Farez baru saja merasa lega saat ini dan pria itu mulai berjalan ke arah lemari pakaiannya dengan hanya mengenakan handuk. Dia berpikir ayahnya, Tuan Deron, telah benar-benar pergi dari kamarnya setelah membanting pintu dengan sangat keras beberapa detik yang lalu. Namun, dugaannya itu salah.Tiba-tiba, pintu kamar kembali terbuka, dan sosok ayahnya melangkah masuk dengan tatapan tajam. Farez yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk langsung menoleh dengan ekspresi kesal."Lho, Papi ngapain kembali masuk ke dalam kamarku? Aku mau ganti baju, Pi!" seru Farez dengan nada tidak suka.Tuan Deron tidak terpengaruh oleh keluhan putranya. Dia pun mulai menyilangkan tangan di dada, masih berdiri di dekat pintu, lalu berkata dengan nada dingin, "Papi cuma mau memastikan kalau kamu berpakaian selayaknya seorang CEO muda, pemimpin sebuah perusahaan besar!"Mendengar itu, Farez mendengus kesal. "Apa-apaan sih, Pi? Aku bukan anak kecil! Masa Papi yang harus memilihkan baju yang akan kup
Perumahan Kemang Residence,Tepatnya di dalam kamar yang luas dengan nuansa abu-abu elegan, Farez masih berbaring malas-malasan di atas tempat tidurnya. Matanya setengah terbuka, memandangi langit-langit tanpa ekspresi.Suara ketukan di pintu kamarnya terdengar, lalu menyusul suara lembut namun tegas dari ibunya, Nyonya Ester."Farez, bangun. Sebentar lagi keluarga kolega bisnis Papi akan tiba. Kamu harus bersiap-siap," ujar sang ibu yang masih berada di luar kamar putranya.Farez menghela napas panjang. Dia tahu jika hari ini akan tiba, hari di mana dirinya dipaksa bertemu dengan gadis pilihan ayahnya. Namun, sekecil apapun harapan yang Farez punya, pria itu tetap merasa tak siap menghadapi kenyataan ini.Tanpa menjawab perkataan sang ibu, Farez malah menarik selimutnya lebih tinggi, lalu menutupi wajahnya.Tak lama kemudian, pintu kamar Farez terbuka, dan Nyonya Ester masuk dengan langkah mantap. Wanita berusia paruh baya itu masih saja cantik dengan mengenakan gaun elegan, rambutn
Di Kediaman Tuan Cornelius.Siang itu, meja makan Keluarga Cornelius tampak rapi setelah makan siang selesai. Tuan Cornelius menyesap tehnya sambil membaca koran, sedangkan Zera berharap bisa segera beristirahat di kamarnya. Namun, harapannya pupus ketika suara ibunya terdengar menusuk."Zera, jangan duduk-duduk saja. Bantu Mami bereskan meja," perintah Nyonya Debira dengan suara tegas.Zera menahan napas, lalu mengangguk pelan. “Baik, Mi.” Padahal di rumahnya ada beberapa asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarganya. Namun kali ini gadis itu sangat yakin jika semua ini adalah alasan sang ibu untuk menahannya agar tidak ke mana-mana. Lalu Zera pun berkata,“Lho, Mi. Memangnya para ART kita ke mana?”“Mereka ada pekerjaan lain di taman. Buruan kamu bantu, Mami.” sahut Nyonya Debira mulai sibuk.Zera pun berdiri, mengumpulkan piring-piring kotor, dan membawanya ke dapur.“Jangan hanya taruh piringnya, langsung cuci,” tambah ibunya sambil melipat serbet makan.Zera menghela nap
Pencarian terhadap Farez pun dimulai.Matahari mulai naik di langit Jakarta, menyinari kota yang sibuk dengan segala aktivitas paginya. Namun, di kediaman keluarga Keil yang megah di kawasan Kemang Residence, suasana justru dipenuhi ketegangan.Beberapa saat yang lalu,Tuan Deron Keil berdiri di tengah ruang tamu dengan wajah merah padam. Tangannya mengepal, matanya tajam menatap para asisten rumah tangga dan sopir yang berbaris di depannya."Putra saya sudah kabur sejak pagi! Dan kalian semua membiarkannya begitu saja?" bentaknya dengan suara yang menggema di seluruh rumah.Para pekerja rumah tangga tersebut mulai menundukkan kepala, tak ada yang berani menjawab.Tuan Deron mengalihkan pandangannya kepada Pak Rudi, sopir pribadinya yang juga merupakan orang kepercayaannya. "Pak Rudi, saya ingin kamu memimpin pencarian terhadap putra saya. Kerahkan semua orang. Temukan Farez, bawa dia kembali ke rumah ini! Secepatnya!" tegasnya.“Waktu terus berjalan! Pertemuan dengan kolega bisnis s