Aku menebak Ardi mendengar percakapanku dengan Rian.Karena takut terjadi kesalahpahaman, aku langsung menjelaskan, "Masalah pekerjaan, Ke ....""Ada pekerjaan apa yang mengharuskan kamu seorang dokter magang anestesi menemui dokter bedah saraf pagi-pagi begini?" Ardi menyelaku tanpa sungkan, lalu berkata lagi dengan kesal, "Kamu kalau mau cari alasan, cari yang lebih masuk akal."Aku tertegun melihat Ardi. Setelah diam sejenak, aku bertanya, "Kalau begitu, menurut Dokter Ardi, apa alasannya?"Ardi terdiam, dia hanya melihatku tanpa mengatakan apa-apa.Dia masih memakai kemeja putih semalam, tapi dua kancing paling atas sudah dilepas. Dasinya yang longgar bergantung di lehernya, dia terlihat sedikit menyedihkan.Namun, tatapannya semakin tajam.Aku teringat Rian yang masih menungguku, tidak ada waktu untuk bertengkar dengan Ardi lagi. Aku pun diam-diam melirik jam di dinding."Kelihatannya Dokter Raisa sangat buru-buru?" Ardi menyadari tatapanku, ucapannya juga terdengar menyindir.Aku
Baca selengkapnya