Waktu sudah menunjuk angka delapan malam. Kota telah mulai terlelap dalam gemerlap lampu jalanan dan siraman cahaya gedung-gedung pencakar langit.Namun, di salah satu sudut kota, tepatnya di kediaman Melvin, suasana justru sebaliknya: suram dan kelam, nyaris tanpa tanda kehidupan.Davian baru saja pulang dari dinas paginya. Tubuhnya lelah, tapi hatinya lebih berat lagi memikirkan keadaan kakaknya.Begitu turun dari mobil, ia menatap rumah yang biasanya megah dan terang benderang, kini tenggelam dalam kegelapan yang mencekam.“Kenapa gelap sekali? Seperti tidak ada kehidupan di rumah ini,” gumam Davian, alisnya berkerut dalam kebingungan.Ia segera melangkah masuk dan memanggil salah satu pelayan yang setia bekerja di rumah itu.“Silakan nyalakan semua lampu di rumah ini,” perintahnya kepada pelayan di rumah itu.Pelayan itu menundukkan kepala, tampak ragu dan gelisah. “Maaf, Tuan. Tuan Melvin melarang kami menghidupkan lampu-lampunya. Ingin seperti ini saja,” ucapnya hati-hati, seola
Last Updated : 2025-06-09 Read more