Aku masih dalam mode diam. Kesadaranku belum sepenuhnya pulih, seperti laptop tua yang terlalu banyak beban kerja dan akhirnya ngelag parah. Mataku sayup, kepala berat, pikiranku masih mengambang entah ke mana.Aslan menyodorkan sebotol air mineral padaku setelah ia membukanya dengan gerakan santai, ciri khas lelaki itu yang selalu terlihat seolah dunia ini tidak pernah cukup menantangnya.“Minum, biar loading-nya cepat,” ucapnya, sambil tersenyum hangat—senyuman yang, anehnya, selalu sukses memancing dua hal sekaligus dalam diriku: kekesalan dan ketenangan. Menyebalkan, sekaligus... menenangkan.Aku masih ingat jelas. Dulu, saat aku tinggal bersamanya setelah pernikahan yang terlalu cepat itu, Aslan selalu punya ritual menertawakanku kalau aku baru bangun tidur. Katanya, aku mirip raga tanpa jiwa yang nyasar, tersesat di antara ruang dan waktu. Pernah, satu pagi, ia mendekat, mengangkat daguku dengan jari-jarinya yang dingin, lalu bertanya dengan gaya dramatis ala film klasik yang suk
Terakhir Diperbarui : 2025-06-24 Baca selengkapnya