Malam di Paris seolah berubah jadi ruang sunyi yang mencekam. Kota yang selalu gemerlap dengan lampu-lampu toko, denting gelas dari café pinggir jalan, dan tawa wisatawan, kini terasa hambar. Hanya suara angin yang menerobos celah jendela hotel, membawa aroma hujan yang baru saja reda.Aku duduk di sisi ranjang, menatap sosok tinggi yang kini terbaring lemah di balik selimut putih hotel itu. Aslan, pria yang selalu terlihat kuat di mataku, malam ini berbeda. Tubuhnya tampak lelah, wajahnya pucat, matanya sembab, dan sikap keras kepalanya perlahan runtuh—terganti dengan kejujuran yang selama ini sulit ia keluarkan."Aslan, apa kamu sakit?" tanyaku hati-hati, mencoba menyelami ekspresi dinginnya yang mulai retak. Kalau sudah seperti ini aku bigung mau berkata apa.Ia tak langsung menjawab. Hanya diam, matanya menerawang menembus langit-langit kamar hotel yang tinggi. Hembusan napasnya terdengar berat, seolah menyimpan beban yang tak mampu lagi ia pikul sendirian.Tak lama kemudian, ia m
Last Updated : 2025-07-02 Read more