Pukul 06.00Saat aku terbangun, tak kutemukan Aslan dan Haikal di sampingku. Setelah menyelesaikan rutinitas pagi, aku duduk di tepi ranjang, menunggu mereka kembali. Namun menit demi menit berlalu, tak juga ada tanda-tanda keduanya akan muncul.Baru setelah hampir tiga puluh menit, akhirnya mereka datang juga.“Dari mana?” tanyaku, agak kesal.“Ada deh,” jawab Aslan santai, sembari tersenyum tipis.“Kamu habis olahraga?” mataku menelusuri tubuhnya yang berkeringat.“Iyaap.”“Emangnya sudah boleh? Bukannya luka jahitan di pundakmu belum kering?”“Sudah. Luka itu kecil, kok,” katanya santai, sambil menyeka keringat di dahinya.“Aslan, jangan anggap semuanya sepele.”“Ibu, jangan marah-marah ke Ayah. Ayah kan lagi sakit,” sahut Haikal dengan wajah memelas.“Tuh, dengar anakmu,” kata Aslan sambil mengedipkan mata ke arahku.Aku menghela napas. “Sayang, Ibu bukan marah, Ibu cuma ingatkan ayah supaya istirahat. Lukanya belum sembuh.”“Tadi Ayah cuma ajak Ikal jalan-jalan ke tepi pantai, kok
Terakhir Diperbarui : 2025-07-07 Baca selengkapnya