Aslan menatapku dengan wajah serius, seolah dia menyakinkanku kalau tawarannya saat aku butuhkan.“Hamil tanpa suami itu berat Sany.” "Aku tahu," kataku lirih, "tapi aku tidak mau menikah dengan Pak Aslan. Aku tidak mau punya hubungan apa pun lagi dengan keluargamu.""Nanti... aku akan mengurus keluargaku, mereka tidak akan ada masalah.”"Lalu?" Aku menatap wajahnya tajam, sinis, menunggu jawaban yang selalu ia hindari.“Begini, Sany... aku hanya ingin menikahimu dulu. Setelah kamu jadi milikku, baru kita pikirkan hal yang lain.”Otakku seperti meledak. Jantungku berdetak kencang. Hati, kepala, dan seluruh tubuhku serasa remuk oleh tekanan dan paksaan ini. Dengan gerakan pelan, kuangkat tangan untuk memijat pelipis yang berdenyut.“Tolong, jangan paksa aku, Pak Aslan. Aku sungguh lelah menjalani hidupku...” bisikku pelan, nyaris serak. Suaraku nyaris tak terdengar, tapi mata kami bertemu, dan dia tahu aku serius.“Aku hanya ingin membantu,” ucapnya, lalu duduk di sofa di sampingku.
Terakhir Diperbarui : 2025-05-27 Baca selengkapnya