Aku terbangun saat cahaya matahari mulai mengintip dari sela-sela tirai jendela kamar. Di sampingku, Aslan masih tertidur dengan napas teratur dan wajah yang lebih damai daripada biasanya. Ini pertama kalinya aku melihat sisi Aslan yang seperti ini—bukan dokter angkuh dan dingin, melainkan pria yang menyerahkan segalanya padaku, tanpa syarat.Tangannya masih menggenggam jariku, seolah takut aku pergi diam-diam seperti dulu. Aku hanya memandanginya dalam diam, menikmati momen langka ini. Jantungku berdegup tak karuan, dan ada sesuatu di dalam dada ini yang tak bisa kujelaskan. Entah rasa haru, atau mungkin… bahagia?"Aslan…" bisikku pelan.Ia membuka mata perlahan, lalu tersenyum kecil."Masih di sini," katanya serak, mengusap ujung hidungku dengan lembut. "Kupikir kamu akan kabur lagi."Aku terkekeh pelan, menggigit bibirku sendiri."Kalau aku pergi, kamu pasti akan datang lagi... dengan motor tukang parkir," kataku, mengingat kejadian semalam.Ia tertawa. Tawanya tulus, hangat, dan an
Terakhir Diperbarui : 2025-06-13 Baca selengkapnya