Aku tidak sempat memikirkan hal lain, buru-buru menenangkan diri, menarik nafas dalam-dalam, lalu mendorong pintu.Sudah lima tahun tidak bertemu, dan dengan cepat aku menyadari bahwa rambut dosen sudah mulai beruban.Mengingat bagaimana dulu aku tetap memilih pergi bersama Hendri meskipun dosen berkali-kali mencoba menahanku, hatiku pun penuh dengan rasa bersalah.Dosen melihat murid yang paling diandalkan, sekaligus yang paling membuatnya menyesal, ribuan kata hanya menjadi satu helaan nafas."Kali ini kamu harus benar-benar ikut aku serius dalam eksperimen."Aku menahan perasaanku, lalu mengangguk dengan tegas.Dosen tidak banyak berkata lagi, hanya melambaikan tangan agar Erwin mengantarku ke asrama untuk meletakkan barang-barang.Begitu sampai di asrama, aku langsung melepaskan ransel dan merebahkan diri di atas ranjang, menghela nafas lega.Sejak semalam sampai sekarang, aku hanya sempat tidur dua jam di pesawat, tubuhku benar-benar kelelahan, begitu menyentuh ranjang, rasa ngant
Read more