All Chapters of Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal: Chapter 91 - Chapter 100

Perlahan, ambulans mulai memasuki halaman IGD dengan cepat. Para perawat sudah bersiap menyambut, tempat tidur darurat telah tersedia, dan Dr. Fahmi turun tangan langsung menyambut pasien.Yuzha turun dari mobil dan langsung menghampiri Putri yang baru saja keluar dari belakang ambulans."Tenang, Put. Bapakmu udah ada di sini. Dan akan aman dibawah pantauan keluarga Abimanyu," ucap Yuzha lirih.Putri mengangguk, matanya basah, lalu segera memeluk tubuh lelaki itu. "Terima kasih, Mas. Aku nggak pernah tau harus apa, kalau bukan sama kamu."Yuzha melerai pelukannya, menghapus air matanya yang mulai turun di pipi Putri. "Jangan dipikirin. Aku ke dalam dulu, ya. Kamu tenang di sini sama ibu."Putri kembali mengangguk cepat.Pak Basuki segera dipindahkan dari brankar ambulans ke ranjang dorong oleh tim medis. Monitor tetap melekat, dan tabung oksigen masih menempel di hidungnya. D

Perjalanan menuju Leuwiliang terasa begitu sepi dan juga sunyi. Hanya alunan suara musik dari dashboard yang menemani. Langit gelap menggantung di luar jendela, hanya disorot lampu jalan dan sesekali bayangan pepohonan yang berkelebat cepat.Putri menatap lurus ke depan, menatap jalanan di depannya yang mungkin lebih menarik daripada sekedar ngobrol dengan Yuzha atau kedua orang tuanya.Di keheningan itu, ponsel Yuzha bergetar. Yuzha melirik sekilas siapa yang menelponnya. Nama 'Bidadari Kecil' muncul di sana. Senyum tipis terbit di wajahnya. Dengan cepat, ia menyambungkan earphone dan menjawab panggilan itu."Hay kesayangan, Papa," ucap Yuzha sambil tersenyum.["Papa dimana? Belum pulang, kah?"] tanya Kinan diseberang sana dengan suara manja khas anak kecil yang khawatir."Papa lagi anter Tante Uti pulang dulu. Kemungkinan, besok pagi baru nyampe rumah. Kenapa, cantik?" tanya Yuzha kembali.

Yuzha terbangun saat malam telah menyapa. Tubuhnya terasa lebih segar dan pikirannya pun menjadi lebih rileks saat ini.Ia melirik ke arah Putri yang masih terlelap di sana. Cahaya lampu tidur menyinari sebagian wajah gadis itu, memperjelas garis lembut yang selalu membuat Yuzha jatuh cinta berkali-kali. Ia mengangkat tangannya, membelai wajah wanita yang hari ini telah membuat harinya terasa begitu panas.Ingin rasanya ia melakukan ini setiap hari. Bahkan, ia ingin setiap membuka mata, wajah wanitanya lah yang pertama kali ia lihat. Namun sayangnya, takdir mereka tidak semulus itu.Dengan gerakan perlahan, Yuzha bangkit dari tidurnya dan bergegas untuk mandi, membersihkan sisa kenikmatan tadi siang. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, ia harus segera pulang, karena pasti bidadari kecilnya akan bawel setelah ini.Dan benar saja, begitu ia keluar dari kamar mandi, Putri sudah terbangun dari tidurnya. Ia terdudu

Kinan menggeleng pelan. "Nggak mau, Tante. Aku maunya sama tante aja. Kalau nggak sama tante, ya aku nggak mau punya Mama baru. Lagian, aku juga sekarang udah punya Bunda Riri kok. Yah, meskipun harus berantem sama Juna," ucapnya sambil terkekeh, sebelum akhirnya ia keluar ruangan.Putri menghela napas berat. “Huft… mana gue haid lagi,” gumamnya.Riri dan Ika saling pandang, bingung."Padahal, kemaren gua udah seneng banget telat dua minggu. Eh, balik dari Bandung malah kram hebat dan langsung haid," jelasnya kemudian.Kalimat itu jatuh seperti peluru pelan-pelan. Riri dan Ika sedikit tercengang, berusaha mencerna kalimat yang sedikit ambigu itu."Ma--maksudnya gimana, Put?" tanya Ika akhirnya."Lu sama Mas Yuzha udah pernah HS, kah?" tanya Riri memastikan.Putri mengangguk. Ia menatap langit-langit kamar sambil termenung."Setelah bapak keluar dari RS, bapak mut

Tak terasa, waktu pun berlalu dengan begitu cepat. Kini, satu tahun sudah semenjak pernikahan Putri dan juga Ilham.Satu tahun yang cukup berat dan juga butuh banyak perjuangan untuk Yuzha lalui. Kehilangan Putri, membuatnya hampir seperti kehilangan seluruh hidup dan juga dunianya.Tak hanya permasalahan tentang asam lambungnya yang sering kumat dan tinggi. Bahkan kini, asbaknya pun tak pernah kosong dari puntung rokok, membuatnya harus sering-sering berganti baju karena takut banyak debu yang menempel.Selain itu, kesehatan mentalnya pun sudah tak baik lagi. Yuzha mengalami depresi ringan dan harus rutin ke psikolog serta mengkonsumsi obat anti depresan untuk mengurangi depresi ringan yang melanda dirinya.Sayangnya, tak ada satu pun keluarga yang tahu tentang ini selain Revan dan juga Riri.Ya, hanya kedua orang itu yang tahu. Revan selain menjadi teman dokter setimnya, dia juga lah yang se