All Chapters of JODOHKU MIRIP OM-OM : Chapter 11 - Chapter 20

🏵️🏵️🏵️Seminggu berlalu, aku tetap melanjutkan kuliah walaupun Mas Haris memintaku untuk mengajukan cuti. Aku berusaha memberikan pengertian dan penjelasan kalau aku akan segera cuti saat melahirkan nanti. Akhirnya, dia pun paham dan memberikan izin.Mami mertua juga menyetujui saran yang kuberikan. Beliau hanya berpesan agar aku tidak terlalu lelah berpikir. Aku sangat bahagia memiliki keluarga baru yang selalu memberikan perhatian lebih, walaupun salah satu dari mereka tidak menyukai keberadaanku.Bagiku yang terpenting adalah cinta dan kasih sayang Mas Haris. Tidak masalah jika adik bungsunya selalu berusaha untuk menyakitiku, tetapi masih ada adik ipar lain yang memiliki sifat penyayang seperti Mas Haris. Jessy memiliki sifat yang jauh berbeda dengan Bella, sungguh bertolak belakang.“Sayang, kamu nggak boleh terlalu banyak mikir. Ingat anak kita.” Mas Haris berpesan saat tadi mengantarku ke kampus.“Iya. Mas tenang aja.” Aku meyakinkannya.“Hari ini ada berapa mata kuliah?”“Du

🏵️🏵️🏵️Aku dan Mas Haris saling berpandangan saat Ibu mengatakan aku gemuk. Ibu tidak tahu kalau anak sulungnya ini sedang mengandung anak yang sangat diharapkan Mas Haris. Aku yakin kalau orang tuaku juga pasti bahagia jika mengetahui kehamilanku.Bapak dan Ibu pernah berkata sebelum hari pernikahan, di mana Mas Haris ingin segera memiliki momongan karena mengingat usianya saat menikah, sudah tidak muda lagi. Oleh karena itu, Mas Haris sangat bahagia mengetahui kehamilanku. Dia juga selalu rutin berbicara kepada calon anaknya.“Anak Papa baik-baik, ya, di dalam. Nggak boleh nakal, harus baik sama Mama.” Mas Haris mengusap-usap perutku lalu menciumnya. Itu merupakan kegiatan rutin yang dia lakukan sejak aku hamil.Kebahagiaan yang kurasakan sangat nyata walaupun harus menyandang status sebagai istri di usia muda. Padahal awalnya, aku berusaha menolak pernikahan dini dengan laki-laki yang jarak usianya lebih tua dariku. Namun sekarang, aku justru bersyukur telah menerima pinangannya

POV HARIS 🏵️🏵️🏵️Aku masih penasaran dengan gadis SMA yang sedang bersama karyawan bagian gudang yang ternyata bernama Pak Joko. Rasa ingin tahuku makin menggebu, walaupun aku sempat mendengar pembicaraan mereka. Gadis itu memanggil bapak tersebut dengan sebutan ‘Pak’.Jika benar gadis itu adalah putri Pak Joko, aku sangat terkesan karena ternyata karyawan tersebut memiliki anak perempuan yang sangat cantik. Ada apa denganku? Pantaskah aku mengagumi gadis belia yang sepantasnya lebih cocok menjadi keponakanku? Membayangkan untuk menyukainya saja, hati ini merasa geli sendiri.“Pagi, Pak.” Aku menghampiri Pak Joko di gudang.“Pak Haris? Ada yang bisa saya bantu?” Dia tampak terkejut melihatku.“Bapak ikut saya ke ruangan, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan.”Aku dan Pak Joko berjalan menuju ruanganku. Banyak mata yang melihat ke arah kami, mungkin ini merupakan pemandangan langka bagi karyawan dan karyawati di kantor. Selama ini, mereka sangat tahu kalau aku tidak pernah dekat de

🏵️🏵️🏵️Aku menangis melihat foto yang dikirim ke ponsel Mas Haris. Laki-laki yang telah berhasil membuatku jatuh cinta, sangat tega berbaring di ranjang yang sama dengan wanita masa lalunya. Hati ini masih berharap kalau apa yang kulihat itu adalah mimpi.Saat aku sedang mengandung benih Mas Haris, dia dengan tega memberikan cambukan yang sangat menyiksa batin. Aku tidak kuasa dan tidak sanggup lagi untuk tetap bertahan di rumah ini. Lebih baik aku pulang ke rumah orang tuaku untuk menumpahkan kekecewaan mendalam ini.“Saya lebih baik pergi dari rumah ini. Tidak ada lagi yang dapat saya pertahankan, semuanya sudah hancur.” Aku mengambil koper lalu mengemasi barang-barangku.“Sayang, tolong dengarkan penjelasan saya. Saya akan jelasin semuanya. Saya tidak tahu apa yang saya lakukan malam itu.” Ungkapan Mas Haris membuatku makin percaya kalau dia telah melakukan sesuatu dengan Eva. Membayangkannya saja aku merasa jijik.“Mas tega berkhianat di belakang saya. Inikah balasan dari pengor

🏵️🏵️🏵️Waktu menunjukkan pukul 08.35 WIB, Mas Haris belum berangkat ke kantor. Dia bahkan tidak bersiap-siap untuk melakukan kegiatan rutinitasnya setiap hari. Dia tampak sedih, tetapi aku berusaha untuk tidak mengasihaninya.Perbuatan yang Mas Haris lakukan terlalu menyakitkan dan menyiksa batin. Aku sangat ragu untuk kembali bersatu dengannya. Namun, bagaimana dengan anakku? Apa yang akan terjadi jika aku harus mengurus sang buah hati kami sendirian? Membayangkannya saja hati ini merasa takut.Apa aku harus mengalah demi anak yang ada dalam kandunganku? Dia tidak bersalah, ayahnya yang harus disalahkan dalam hal ini. Seandainya perbuatan tidak pantas itu tidak terjadi, saat ini hubunganku dengan Mas Haris pasti akan tetap baik-baik saja.Akan tetapi, kenyataan yang terjadi saat ini tidak seindah harapan. Mas Haris telah menodai pernikahan suci kami dengan sebuah pengkhianatan. Kemesraan yang terjalin selama ini, hilang bagaikan ditelan bumi. Cinta dan perhatian yang dia berikan se