[Kau pasti sudah dengar. Kadang, karma datang lebih cepat dari yang kita kira.]Elok menatap layar ponsel di tangannya. Malam sudah turun, namun berita yang dikirim Anjani masih terpampang jelas, terus dibacanya berulang kali. Dia terdiam lama. Jantungnya berdetak cepat, seperti sedang dihukum oleh pikirannya sendiri.Tidak ada tanda tanya, tidak ada salam. “Elok menarik napas panjang. ‘Karma, ya?’” gumamnya pelan. “Padahal aku cuma ingin berhenti nyakitin siapa pun.”Elok menutup ponsel, lalu menatap langit malam di luar jendela kamar. Di luar sana, suara jangkrik terdengar samar. Dia sudah di Indonesia, tinggal di rumah orang tuanya, tapi entah mengapa terasa seperti masih jauh dari mana pun.Baginya, jarak bukan hanya soal tempat. Jarak itu seperti tembok besar yang menahan segalanya seperti rasa bersalah, ketakutan, dan kerinduan yang tak tahu harus ditujukan pada siapa.Ponselnya berbunyi lagi. Alvin menelepon lewat video. Elok buru-buru menjawab.“Vin, gimana Mama?”Alvin tampa
Last Updated : 2025-11-03 Read more