“Saya permisi dulu, Nyonya,” ucap Isvara akhirnya, sopan. Para istri investor menanggapi dengan senyum hangat, sebagian melambaikan tangan sambil kembali pada gelas wine mereka.Begitu beranjak, Isvara langsung menghampiri ajudan yang berdiri tegak di dekat pintu. “Mas Ajudan, boleh aku minta tolong?” suaranya pelan, nyaris berbisik.“Kenapa, Nona? Ada masalah?” Ajudan itu sigap, matanya langsung menyapu ruangan.“Aku merasa dari tadi kayak ada orang yang terus memperhatikan,” bisik Isvara sambil melirik sekilas ke arah sudut ruangan. “Boleh tolong diperketat ya penjagaannya? Tapi mudah-mudahan ini cuma perasaan aku.”Ajudan itu mengangguk mantap. “Baik, Nona. Saya akan atur posisi tim supaya lebih rapat. Nona tenang saja, tidak akan ada yang mendekat tanpa izin saya.”Isvara menarik napas pelan, berusaha menenangkan dirinya. Namun, sebelum dia sempat melangkah lagi, ponselnya bergetar. Nama Alvano muncul di layar.“Halo, Mas,” sapa Isvara, suaranya dibuat setenang mungkin.“Kamu masih
Last Updated : 2025-09-14 Read more