Telepon terputus, meninggalkan keheningan yang lebih menusuk daripada hujan di luar. Kay masih menatap layar ponselnya yang kini gelap, seolah berharap ada jawaban dari benda mati itu. Tapi yang datang justru hanya pantulan wajahnya sendiri — lelah, kusut, dan penuh sesal.Tangannya terkulai di pangkuan, lalu perlahan ia menyalakan mesin mobil. Wiper menyapu kaca, menyingkirkan genangan air yang jatuh tiada henti.Namun di antara suara mesin dan hujan, suara hatinya jauh lebih bising.“Kalau kamu terus jatuh begini, lama-lama nggak ada yang bisa kamu selamatkan lagi…”Kata-kata Alvaro menggema di kepalanya, menyusul bayangan Zivanna yang menangis di lantai Moonlight Bloom.Ia menekan pedal gas, tapi bukan untuk pergi ke mana-mana. Sekadar melarikan diri dari pikirannya sendiri.Moonlight Bloom – beberapa saat kemudian…Zivanna duduk di sofa ruang tamu, kini hanya ditemani oleh suara hujan dan aroma teh hangat yang diseduh Maureen. Rambutnya masih berantakan, matanya sembab. Ia belum b
Huling Na-update : 2025-10-06 Magbasa pa