Di malam yang gerah itu, pria berjaket biru tua itu duduk di atas motor bebek tuanya, menunggu di seberang jalan. Matanya tajam mengamati gedung perkantoran tempat Ali bekerja. Dari balik helm setengah yang menutupi wajah, ia memantau setiap mobil yang keluar-masuk.“Sekali ini aja… sekali ini, gue beresin kerjaan terakhir sebelum kabur. Duitnya gede, resikonya gede, cukup buat kabur ke Kamboja.” gumamnya sendiri, jemarinya mengetuk-ngetuk setang motor.Ia tak sadar, sudah ada sepasang mata yang mengawasi dari jarak tak terlalu jauh.Beberapa jam sebelumnya, Shafira dengan nada dingin di telepon berkata:‘Targetnya cuma Ali sama istrinya. Gue nggak mau tau caranya, yang penting mereka kapok. Duitnya udah gue siapin, tapi kerjaannya harus rapi. Ngerti?’Pria itu hanya mengangguk waktu itu, walau tahu permintaan kali ini kurang lebih sama gilanya dari orderan sebelumnya.Kini, ia kembali menunduk, menyalakan rokok, menunggu sosok Ali keluar dari lobi.Tapi tak lama, suara deru mesin mo
Last Updated : 2025-08-14 Read more