Miranda meletakkan sendoknya perlahan, lalu menatap Randy dengan senyum tipis yang dibuat-buat.“Mas, aku cuma khawatir sama kamu. Aku takut kamu sakit. Lihatlah, badan kamu sudah semakin kurus, wajah kamu juga pucat. Kamu begitu kesulitan mencari orang itu. Sedangkan dia sekarang pasti sudah hidup enak dan menemukan pria yang baru. Amora itu masih sangat muda dan cantik. Tidak akan sulit baginya untuk mencari pengganti,” ujarnya, nadanya seolah penuh perhatian.Randy tidak langsung menjawab. Ia hanya memandang Miranda lama, sorot matanya tenang di permukaan, namun di dalamnya ada bara yang siap menyala kapan saja.Dewi, yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara.“Miranda,” panggilnya pelan namun tegas.Wanita itu menoleh, sedikit terkejut dengan nada bicara Dewi.“Ya, Mami?”Dewi menatapnya dalam, lalu tersenyum tipis. “Kalau kita benar-benar tulus sama orang, kita nggak akan sibuk menjelekkan atau meremehkan orang lain.”Miranda membeku sejenak, lalu tertawa kecil, mencoba menutu
Terakhir Diperbarui : 2025-08-13 Baca selengkapnya