“Di sekolah, Ellie nggak punya banyak teman,” ujar Bayu, kali ini tanpa gurauan di matanya. Nada suaranya berat, seperti menggiring udara di dalam ruangan menjadi lebih padat.“Cuma kami berdua yang mau main sama dia. Kalau dia diganggu, kami yang belain. Kalau dia nggak main sama kami, dia sendirian. Emang itu yang kamu mau?”Kata-kata itu jatuh seperti batu ke dalam kolam sunyi—mengganggu ketenangan, menyebarkan riak-riak yang menampar kesadaran.Raka terdiam, seolah tubuhnya telah ditarik paksa ke dalam ruang kosong yang tak bisa dijelaskan.Matanya menatap Bayu, tapi kosong, seolah sedang mencari petunjuk dalam sorot anak itu, petunjuk yang bisa memberinya jawaban atas rasa bersalah yang baru saja menyerbu.Aidan, yang sejak tadi berdiri di sisi saudaranya, mengepalkan tangan. Matanya menyala, tapi bukan oleh kemarahan yang meledak-ledak—melainkan oleh rasa kecewa yang terpendam begitu lama, seperti bara yang menunggu disulut angin.“Kam
Huling Na-update : 2025-06-25 Magbasa pa