Suasana di ruang itu menegang begitu cepat, seolah udara mendadak kehilangan kehangatannya. Hanya ada denting jam dinding yang terdengar monoton, menyusup di antara jeda napas yang terasa berat.Bara merasakan tubuhnya bergetar halus, nyaris tak kentara, tapi cukup untuk membuat telapak tangannya basah dingin. Ia ragu—apakah sebaiknya ia melanjutkan pembicaraan ini, atau mundur sebelum terlambat.“Kenapa kamu nanya soal itu?” suara Raka memecah keheningan. Tatapan matanya tajam, nyaris menusuk, membuat Bara tanpa sadar menarik napas lebih dalam.Bara berdeham, mencoba mengatur nada bicara agar terdengar santai. Namun, suaranya tetap terdengar kering, seperti kerikil yang diseret di atas lantai.“Kemarin waktu dia datang memeriksa Kakek, tiba-tiba aku kepikiran. Aku ingat kamu dulu cukup akrab dengannya, jadi aku mau nanya. Kalau ternyata kamu jarang ngobrol sama dia, ya…”Kalimat itu menggantung di udara, setengah ditelan keraguan. “…ya sudah, aku nggak akan ikut campur lebih jauh.”Ta
Terakhir Diperbarui : 2025-08-23 Baca selengkapnya