Tatapannya hanya sebentar, sekilas menyapu ke arah Mahira yang berdiri di sisi ruangan. Namun cukup untuk membuat dada Mahira seperti ditusuk halus, dingin. Matanya indah, batin Nayla, yang baru saja menoleh.Ada binar bening di irisnya, seperti cahaya sore yang menimpa kaca jendela.Bara menarik napas panjang, seolah paru-parunya penuh sesak oleh sesuatu yang tak kasat mata. Ia menunduk, lalu berkata dengan suara berat, “Maaf sudah membuatmu celaka, Nona Haryanto.” Kata-kata itu meluncur pelan, tapi cukup untuk menyingkap beban yang selama ini menghantuinya.Meski di balik nada sesalnya, ada juga rasa lega yang menyelinap. Nayla masih di sini, masih bisa tersenyum.Nayla menggeleng sambil tersenyum, seolah menepis bayangan luka. “Tak apa, Bara. Tapi kalau memang merasa bersalah, habiskan saja beberapa hari ini untuk menjagaku.” Ia menepuk bahu lelaki itu, ringan, tapi hangat.Senyum khasnya kembali mengembang, seperti bunga
Last Updated : 2025-09-28 Read more