Namun di balik senyum yang berusaha ditahannya, ada riak kecil dalam hati Kirana. Bayangan pertanyaan itu muncul lagi, seperti bisikan yang tak bisa diusir: hadiah apa yang pantas ia siapkan untuk ulang tahun anak-anak nanti?Sesuatu yang berarti, bukan sekadar barang. Ia merasa beban itu selalu menempel di pundaknya. Menjadi ibu kadang terasa seperti berdiri di panggung besar, di bawah sorot lampu, dengan penonton yang menunggu aksi terbaik.Dari ruang tamu, suara Raka pecah, lantang dan penuh semangat. “Sekarang giliranku, Sayang! Cepat turun!”Kirana menahan tawa kecil. Ada nada penuh percaya diri dalam suara itu, seakan Raka yakin dirinya akan memukau. Wajah Kirana merekah, matanya berbinar. Ia meraih tangan ketiga anaknya, menggiring mereka menuruni tangga dengan langkah ringan.Sekilas, ada ingatan yang menyeruak—tahun-tahun silam, ketika Raka lebih memilih menghabiskan ulang tahunnya bersama Zelina. Luka itu tak sepenuhnya pudar,
Last Updated : 2025-10-04 Read more