Setelah turun dari mobil, aku berusaha menekan rasa gelisahku dan pelan-pelan berjalan ke tempat yang disepakati.Tidak lama kemudian, aku tiba di depan pintu gudang yang Pak Dion sebutkan.Melihat pintu yang lapuk, firasatku berkata ada yang tidak biasa. Namun, aku sama sekali tidak bisa tenang menghadapi bonus 200 juta itu.Dalam keraguan, aku teringat sama pesan Marto.Aku membuka pesan percakapan bersama Marto, lalu mengaktifkan fitur berbagi lokasi secara langsung.Setelah memberanikan diri, aku membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam gudang diiringi bunyi ‘kreek’, lalu menutupnya kembali sambil membelakangi.Gudang agak gelap, aku membelalakkan mata dan melihat Pak Dion duduk di atas ranjang yang sudah lapuk.Saat ini Pak Dion berhadapan denganku, wajahnya tampak pucat, suram dan tidak jelas.“Akhirnya kau datang, Susan sayangku.”Suaranya terdengar samar dan tidak jelas, bahkan bikin merinding.Aku berjalan ke arahnya dan berkata dengan menggoda, “Pak Dion, ada apa dengan eksp
Read more