Share

Jebakan Bidadari Rumah Sakit
Jebakan Bidadari Rumah Sakit
Penulis: Adinda

Bab 1

Penulis: Adinda
Namaku Susan Jalius, perawat cantik di rumah sakit swasta.

Aku terkenal di rumah sakit, bukan hanya karena aku adalah perawat yang berpengalaman, tetapi juga karena postur tubuhku yang menggoda.

Rumah sakit kami mengharuskan perawatnya mengenakan seragam berwarna merah muda dan stoking putih yang seksi.

Tapi aku sengaja memilih stoking yang agak ketat, karena pahaku yang berisi dan yang kubanggakan akan membentuk lekukan yang menggoda.

Aku bahkan pernah membintangi sampul majalah perawat dan dijuluki ‘Perawat dengan Tubuh Iblis’.

Saat merawat pasien pria, hampir semuanya menatapku dengan tatapan jahat.

Mereka sering mencari kesempatan untuk mendekatiku. Sesekali berpura-pura tidak sengaja menyenggolku, lalu melihat pipiku yang memerah.

Bahkan ada pasien yang sengaja menjatuhkan barang, lalu berlama-lama memungutnya.

Saat membungkuk, aku tahu persis bagian mana yang mereka tatapi.

Namun, aku tidak pernah menolak kontak fisik yang memberikan sensasi menggairahkan seperti ini.

Lagian, siapa bilang aku nggak punya kebutuhan seperti itu?

Bahkan demi sensasi yang lebih menggairahkan, aku pun ikut berakting bersama mereka.

Sambil menawarkan bantuan, aku sengaja berdiri dengan kaki yang lebih melebar.

Pria mana yang bisa menolak kaki mulus dengan stoking yang ketat?

Aku suka melihat para pria tersipu malu karenaku.

Namun belakangan ini, direktur rumah sakit, Pak Dion menugaskanku merawat pasien khusus ini.

Dia bahkan memintaku untuk menggoda pasien yang bernama Marto Sudin agar mendapatkan rencana pengembangan obat-obatan mereka.

“Tentang gimana caramu mendapatkan Marto, itu terserahmu.”

Seusai berbicara, Pak Dion menatapku dengan mesum dan satu tangannya memegang tepi rokku.

Merasakan sensasi panas, aku langsung paham. Jujur saja, kayaknya ini bakal seru .

Pada esok harinya, pagi-pagi aku sudah berdandan dan memakai losion. Dari leher ke ujung kaki, bahkan di sekitar dada pun kuoleskan.

Lalu, aku sengaja melepaskan kerah seragam perawat.

Aku yakin, kalau aku membungkuk sedikit, isi dalamnya pasti kelihatan semua.

Begitu aku membuka pintu ruang Marto, dia langsung tercengang.

Matanya terkagum dan terus-menerus memandangi dada dan kakiku yang mulus.

Aku berjalan mendekatinya dengan goyangan pinggul yang menggoda, lalu duduk di sisi ranjangnya dan mulai mengukur suhu tubuhnya. Saat napasku mendekati daun telinganya, badan Marto langsung tegang.

Aku ingin tertawa, tapi aku sudah banyak melihat pria polos seperti dia.

Saat aku mengecek suhu tubuhnya, Marto seperti pria sok suci. Dia tidak berani melihatku, tetapi terus menghirup wangi tubuhku yang beterbangan di udara.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jebakan Bidadari Rumah Sakit   Bab 9

    Pak Dion memercayai pesan yang kukirim padanya, sehingga dia segera membeli sejumlah besar obat impor dengan harga yang sangat tinggi.Semua tindakannya ini dilakukan tanpa sepengetahuan jajaran pimpinan rumah sakit.Awalnya, dia berencana untuk menjual obat-obatan impor ini dengan harga lebih tinggi ke berbagai rumah sakit swasta.Tapi dia tidak menyangka, bahwa berita yang sebenarnya adalah kebijakan pengendalian obat impor akan terus berlanjut.Dengan kata lain, Pak Dion akan mengalami kerugian hingga bangkrut dan terjerat hutang besar. Pak Dion yang mengalami kerugian besar tidak menyerah. Ada dua hal yang terus dia pikirkan di rumah sakit, yaitu cara memperkaya diri dan kecantikanku.Kini uangnya sudah habis, jadi dia mengalihkan perhatiannya padaku. Dia berusaha menipuku ke sini untuk melakukan perbuatan nggak senonoh padaku.Ketidaktegaan yang terlihat di mata Marto hanyalah rasa kasihan padaku.Setelah memahami semua ini, aku merasa sedikit putus asa.“Kau hebat ya! Dasar wani

  • Jebakan Bidadari Rumah Sakit   Bab 8

    Setelah turun dari mobil, aku berusaha menekan rasa gelisahku dan pelan-pelan berjalan ke tempat yang disepakati.Tidak lama kemudian, aku tiba di depan pintu gudang yang Pak Dion sebutkan.Melihat pintu yang lapuk, firasatku berkata ada yang tidak biasa. Namun, aku sama sekali tidak bisa tenang menghadapi bonus 200 juta itu.Dalam keraguan, aku teringat sama pesan Marto.Aku membuka pesan percakapan bersama Marto, lalu mengaktifkan fitur berbagi lokasi secara langsung.Setelah memberanikan diri, aku membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam gudang diiringi bunyi ‘kreek’, lalu menutupnya kembali sambil membelakangi.Gudang agak gelap, aku membelalakkan mata dan melihat Pak Dion duduk di atas ranjang yang sudah lapuk.Saat ini Pak Dion berhadapan denganku, wajahnya tampak pucat, suram dan tidak jelas.“Akhirnya kau datang, Susan sayangku.”Suaranya terdengar samar dan tidak jelas, bahkan bikin merinding.Aku berjalan ke arahnya dan berkata dengan menggoda, “Pak Dion, ada apa dengan eksp

  • Jebakan Bidadari Rumah Sakit   Bab 7

    Setelah berulang kali memastikan informasi yang kudapatkan adalah informasi primer, Pak Dion segera mengatakan bahwa dia akan memberi tahu atasannya secara langsung.Aku merasa aku telah menyelesaikan tugasku dan mendapatkan bonus sebesar 200 juta. Aku pun merasa lega, lalu membuka pintu dan masuk ke ruang perawatan lagi.Kemudian, aku pun malas berhubungan dengan Marto lagi. Semua kesan menggoda menghilang dan responku terhadap pertanyaan tentang kondisinya justru jadi sangat profesional.Marto terkejut dengan perubahanku, tetapi dia tidak tahu gimana menghadapi situasi ini. Jadi, dia hanya bisa bermain dengan ponselnya. Hanya saja, aku bisa merasakan Marto sering menunjukkan rasa tidak tega.Sebenarnya apa yang terjadi?Setelah berpikir lama tanpa menemukan jawabannya, aku keluar dari ruangannya dan berencana beristirahat di pos perawat.Pokoknya aku sudah mendapatkan bonus 200 juta, jadi aku nggak peduli lagi.Aku pun tidur sejenak di pos perawat.Tidak lama kemudian, aku terbangun

  • Jebakan Bidadari Rumah Sakit   Bab 6

    “Kenapa ada orang yang ganggu kita lagi …”Kutelan ujung kalimatku, tapi dia pasti mengerti maksud tersembunyinya.Benar saja, Marto langsung mengerti maksudku.Orang yang membuka pintu adalah pria asing. Tampaknya dia adalah bawahan dari departemen Marto.Pria itu menatap kami dengan curiga dan merasa ada yang aneh. Namun, Marto memberinya isyarat mata dan dia langsung keluar tanpa bersuara.Aku berbalik memeluk Marto, lalu menempelkan wajahku di dadanya dan berbisik, “Abang hebat sekali!”Marto menunduk dan menatapku dengan tatapan kasihan dan tidak tega, lalu memelukku lagi.Aku tidak paham, tapi aku yakin tatapan yang kulihat tadi bukanlah ilusi.Hanya saja, kenapa Marto tidak tega?Setelah berpikir sejenak, aku akhirnya paham. Marto pasti punya perasaan padaku juga. Dia tidak tega aku dipermainkan di ruangan ini.Hanya saja, Marto tidak tahu bahwa bukan hanya dia yang mempermainkanku, tetapi aku juga sedang menikmati sensasi godaan yang menggairahkan ini.Aku tahu saat ini intensi

  • Jebakan Bidadari Rumah Sakit   Bab 5

    Aku menatap Marto yang sedang menelepon di pintu, lalu tiba-tiba aku merasa pria ini lumayan ganteng dan tertarik padanya.Dia adalah tipe pria yang kusukai. Tubuhnya lebih kekar dari yang kubayangkan, otot-ototnya terlihat jelas dan memancarkan aura maskulin yang kuat dan memesona.Walaupun aku sering bermain di batas godaan dengan berbagai pria, tapi aku cuma mencari sensasi berbeda saja. Setidaknya sampai saat ini, aku masih perawan.Aku berpikir dalam hati bahwa tanpa kejadian ini, mungkin aku bisa mengembangkan hubungan romantis dengan Marto secara bertahap.Marto memang muda dan tampan, ditambah posisinya sebagai manajer menengah di instansi terkait serta memiliki aset yang lumayan menggiurkan.Terutama ototnya, pasti bakal “bahagia”.Sayang sekali.Melihat Marto yang terkadang mengerutkan keningnya dan terkadang senyum, aku mulai mempertimbangkan untuk memberikan keperawananku dalam permainan ini.Lagian, bisa bertemu dengan pria yang kusukai juga bukan hal yang mudah.Saat aku

  • Jebakan Bidadari Rumah Sakit   Bab 4

    Tepat pada saat ini, rekan kerja yang datang mengantar obat mengetuk pintu. Marto terkejut hingga melompat dariku.Sebenarnya ini sudah kurencanakan dengan waktu yang tepat.Aku ingin memanaskan suasana tepat sebelum rekan kerjaku datang dan membuat Marto bergelora tapi terpaksa berhenti di puncak hasrat.Karena aku tahu bahwa pria lebih terobsesi pada hal yang susah didapatkan.Tapi kini, gairahku sendiri yang terhenti.Aku bahkan menyesali rencanaku.Aku berpura-pura tenang dan melirik Marto. Dia tampaknya sudah tenang dan duduk dengan canggung.Tapi aku tahu, sebenarnya sebagian dari rencana pengembangan obatnya sudah berada di bawah kendaliku.Aku berdiri dan merapikan seragam perawatku yang berantakan, lalu membuka pintunya dan langsung duduk di kursi depan ranjangnya dengan santai, pura-pura biasa saja.Marto melihat semua gerakanku dari belakangku.Di balik tatapan mengintip yang tak kuduga, kini Marto seperti kesurupan yang terus menghirup udara yang mungkin masih menyimpan aro

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status