Ewan tersenyum sambil berkata, "Kalau kamu merasa tanda pengenal ini palsu, kamu bisa tanya sama Sida.""Kamu punya nomor telepon Sida?""Mau nggak aku kasih nomor telepon Sida ke kamu?"Keringat dingin di dahi Hiram langsung mengucur deras. Sambil mengusapnya, dia buru-buru berkata, "Nggak perlu, nggak perlu ....""Kak, ada apa denganmu?" Vadel masih belum paham situasinya sehingga berkata, "Suruh orangmu hajar dia, dong!""Tutup mulutmu!"Hiram melotot tajam ke adiknya. Dalam hatinya berpikir, 'Kalau aku berani hajar dia, memangnya perlu kamu ngomong lagi?'Akan tetapi, Vadel bukannya diam, dia malah terus mengoceh, "Kak, bocah ini terlalu sombong. Kamu harus benar-benar kasih dia pelajaran, biar dia tahu rasa.""Berani bikin onar di tempat kita, bahkan sampai berani mukul orang, benar-benar keterlaluan. Kak, jangan kasih ampun ...."Plak ....Ucapan Vadel belum selesai, wajahnya sudah kena tamparan keras. "Kak, kenapa kamu mukul aku?" Vadel melongo kebingungan. Namun yang terjadi se
Read more