Alvaro duduk di tepi atap gedung, kakinya terjulur menggantung, segelas anggur setengah penuh berada di tangannya.Sendirian, jauh di atas kota yang terlelap, dia tenggelam dalam pikirannya sendiri sementara malam menyelimutinya.Bulan tampak indah, memantulkan bayangan keperakan yang menyinarinya.Di bawah, para tunawisma berkerumun mengitari api kecil, tawa dan obrolan mereka terdengar samar.Meskipun hidup penuh kesulitan, mereka tampak puas, menikmati kebersamaan dalam momen sederhana.Namun, Alvaro tetap sendirian, tersiksa oleh kebimbangannya sendiri.Hidup terlihat sederhana, manusia lari dari rasa sakit dan mengejar kebahagiaan.Namun, ketika luka terbuka kembali berulang kali, setiap bekas lukanya menusuk hati semakin dalam, menjadikan kenangan sebagai mimpi buruk yang menghantui.Dia menghela napas panjang.Benarkah ada kebahagiaan jika bersama Siti?Dulu dia percaya begitu. Namun, setiap kali dia mencoba meraih Siti, yang didapat hanya luka yang hancur semakin parah.Setiap
Baca selengkapnya