Langkah-langkah lembut terdengar menuruni panggung utama. Dari balik tirai sutra merah muda, Zhou Chuanyan turun dengan gerakan anggun, wajahnya disinari cahaya senja. Senyumnya lembut, matanya berkilau, tapi aku tahu senyum itu penuh racun. Dan anehnya, semua tamu undangannya justru tersenyum dan memuji. "Kakak …," sapanya, nada suara serak-serak manja tapi mengandung ironi yang tersamar rapi. "Kakak perempuanku akhirnya hadir juga. Aku sungguh khawatir kau tak sudi menengokku, setelah semua kesibukanmu di Kediaman Ye."Aku membalas dengan anggukan tipis. "Mana mungkin aku tidak datang? Bagaimanapun, kau adikku, Chuanyan. Aku harus memberi selamat atas kesembuhanmu. Lagipula …, undanganmu ditulis dengan tinta emas, begitu memaksa hingga sulit untuk ditolak." Senyumku halus, tapi tatapan kami saling menusuk.Sejenak tatapan para tamu teralih ke arah kami, memperhatikan interaksi yang penuh basa-basi namun terasa tajam seperti pisau tersembunyi.Chuanyan menahan tawa kecil. "Kakakku
Terakhir Diperbarui : 2025-08-16 Baca selengkapnya