เข้าสู่ระบบDikhianati dan dijatuhi hukuman mati atas tuduhan yang tak pernah ia lakukan, Zhou Jingxi kembali ke masa sepuluh tahun lalu, tepat sebelum takdir menghancurkannya. Kali ini, ia bertekad melepaskan diri dari permainan keluarga yang kejam dengan menikahi seorang pria misterius demi mengubah nasibnya. Namun, tanpa ia sadari, takdir yang ia ubah justru mengarahkannya pada kenyataan yang tak pernah ia bayangkan!
ดูเพิ่มเติมKenapa seperti ini …, kenapa …?
BRAKK!! Aku terdorong jatuh menimpa meja bobrok hingga hancur. Tubuhku sepertinya sudah mati rasa. Aku tidak merasakan sakit apa pun saat menimpa meja itu. "Bunuh penjahat itu!" "Bunuh, bunuh!" "Beraninya dia meracuni adiknya sendiri yang bahkan sedang sakit!" "Dasar binatang!" "Kau bahkan tidak pantas hidup di neraka!" "Mati kau, mati!" "Dasar sampah!" "Pengotor!" "Beraninya orang sepertimu menyandang marga Zhou milik Adipati Agung yang mulia!" "Mati kau!" "Pengacau! Sampah Kekaisaran!" Aku gemetar menahan makian yang penuh kebencian dari rakyat yang menunggu eksekusi mati yang akan dijatuhkan padaku. Aku menatap Ayah dan Ibu, serta adikku, Zhou Chuanyan yang memeluk Ayah dengan sangat erat seolah sangat ketakutan. Semua pemandangan itu menjadi buram dan tak terlihat jelas lagi. Samar-samar aku melihat Zhou Chuanyan tersenyum ke arahku. Ah …, apakah dia senang kalau aku akan mati sebentar lagi? Aku menatap kedua kakiku yang telanjang, lebam biru terlihat di mana-mana sampai tak terlihat seperti warna kulit lagi. Sudah lama aku tidak melihat kulitku berwarna normal sejak berendam air dingin pada hari itu. Rasanya juga tidak sakit lagi, padahal pertama kali direndam, aku menjerit dan meronta-ronta kesakitan karena rantai yang memborgol kakiku berkarat dan dipenuhi duri. Sejak tinggal di Penjara Dingin, aku mendapatkan berbagai macam siksaan untuk mengancamku. Mereka bilang akan memotong tangan dan kakiku kalau aku tidak mau mengaku. Pada akhirnya, meski tidak dipotong, kedua tangan dan kakiku lumpuh karena direndam air dingin selama berhari-hari tanpa henti. Mataku mulai kabur karena tidak pernah melihat matahari. Makananku tidak pernah layak konsumsi, roti yang keras, hampir busuk. Air yang keruh, berbau, harus kumasukkan ke dalam mulutku untuk bertahan hidup. Tapi aku tetap saja berakhir di mimbar pemenggalan ini …. Satu minggu yang lalu, adikku, Zhou Chuanyan yang sedang sakit itu tiba-tiba pingsan dan kondisinya kritis setelah meminum obat yang biasa dia minum. Sebagai orang yang mengurus makanan dan obat untuknya setiap hari, bulan dan tahun, tentu saja aku menjadi tersangka utama atas kasus yang diduga percobaan pembunuhan itu. Zhou Chuanyan dibawa ke Ibukota untuk mendapat penanganan dari tabib hebat di sisi Yang Mulia Ibu Suri. Pemeriksaan mengatakan bahwa obat yang dia minum bertolak belakang dengan kebutuhan medisnya, sehingga itu bisa membunuhnya kalau terlambat mendapat penanganan. Ayah dan Ibuku sangat murka dan menuduhku melakukan hal kotor itu. Aku menekankan bahwa aku selalu merebus obat yang sama setiap kali waktunya tiba. Tapi anehnya, adikku yang lemah itu mengatakan, "Hari itu, obat yang diberikan Kakak rasanya berbeda dari obat yang biasa kuminum, Ibu. Rasanya lebih pahit dan baunya membuatku pusing. Aku pikir itu memang resep dari kediaman …, tapi aku tidak menyangka ternyata Kakak sangat membenciku." Lalu dia menangis seolah-olah dia adalah korban sungguhan. Padahal aku tidak berbohong, aku benar-benar merebus obat yang sama seperti biasanya, karena aku selalu mencicipinya untuk mengetahui dosis yang tepat. Tapi Bisa-bisanya dia berbohong begitu? Dia begitu tidak menyukaiku sampai-sampai ingin menyingkirkanku untuk selamanya? Dia bahkan rela meminum racun itu hanya untuk menuduhku? Aku menatapnya tidak percaya, tapi Ibu dan Ayah tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskan. "Sebenarnya aku sangat iri pada Kakak karena memiliki tubuh yang sehat, aku juga tidak ingin menjadi lemah dan merepotkan Kakak. Tapi sepertinya aku sangat merepotkan bagimu, ya, Kak? Kakak tidak tahan lagi mengurusku yang sedang sakit sampai memutuskan untuk mem—" "Sudah kubilang aku tidak melakukannya!" Aku berseru membentaknya saat itu juga. "Kalau tidak percaya, periksa saja data pembelian obatnya dalam dokumen keuangan keluarga! Aku tidak punya uang pribadi, jadi jangan berpikir aku membelinya secara rahasia! Anak itu hanya berbohong, karena aku sudah mengatakan yang sebenarnya!" Zhou Chuanyan meringkuk ketakutan di bawah ketiak Ayah. Dasar pengecut. Beraninya bermain di belakang orang dewasa! Gara-gara itu, aku dimasukkan ke Penjara Dingin Istana Kekaisaran, menunggu keputusan Departemen Kehakiman. Lalu entah bagaimana, tuduhan itu terbukti benar. Dan di sinilah aku berakhir. Panggung eksekusi mati di mimbar penghukuman Kekaisaran. Ratusan rakyat rendahan menonton dengan tatapan penuh kebencian dan rasa jijik yang dilontarkan kepadaku. Mereka membawa telur busuk, sayuran basi yang sudah berulat, kotoran kuda dan melemparinya ke arahku. Aku tidak mencium bau apa pun meski orang-orang menutup hidung mereka. Aku menerima lemparan barang-barang kotor itu begitu saja seolah bukan apa-apa. Tapi telingaku masih sangat tajam. Aku mendengar semua caci maki yang mereka serukan untukku. Pengotor, sampah Kekaisaran, binatang, penjahat. Ah …, siapa yang peduli? Lagi pula sebentar lagi aku akan mati. Aku melirik Zhou Chuanyan yang semakin menyembunyikan dirinya di belakang orang tua kandungku yang selalu melindunginya itu. Terlihat sekali wajahnya senang karena aku sudah hancur, kan? Walau eksekusi ini mungkin saja dibatalkan, tetap saja aku tidak bisa kembali lagi. Kakiku sudah membusuk, mataku sudah rusak, reputasiku diinjak-injak. Hidup pun, aku hanya akan mati digigit anjing. Apa bedanya? Zhou Chuanyan menyeringai lebar begitu menyadari aku sedang menatapnya. Kenapa orang jahat selalu beruntung? Astaga …. Aku tidak pernah melakukan kesalahan apa pun …, haruskah berakhir seperti ini? “Lakukan eksekusinya!" Aku mendongak menatap Kepala Departemen Kehakiman yang duduk di atas. Berseru lantang dengan tatapan enggan sambil melempar papan panjang sebagai tanda perintah pemenggalan. Kepalaku diletakkan di atas meja, air mataku menetes. Pandanganku semakin memburam. Samar-samar melihat sosok laki-laki di antara kerumunan rakyat yang menghinaku, berdiri termenung dengan raut wajah sayu. Dia siapa …? Apakah malaikat yang akan mencabut nyawaku? Pisau panjang yang tebal itu diayunkan. Aku memejamkan mata. Sungguh. Aku sangat ingin mati. Aku tidak ingin menjadi pelayan Zhou Chuanyan lagi. Aku tidak ingin diperlakukan tidak adil seperti ini. Aku hanya bisa mengharapkan satu hal. Jika Dewa memang ada dan mendengar setiap keluh kesah hambanya, semoga beliau mendengarkanku. Aku tidak ingin mengenal Keluarga Adipati Agung lagi jika diberi kesempatan untuk terlahir kembali. Aku …, juga berhak mendapat kebebasan, kan? SRAK! . . . "Ukh …." Aku meringis pelan, perlahan membuka mataku, silau. Apa yang terjadi? Apakah eksekusinya benar-benar dibatalkan? Tapi di sekitarku ini …, sudah bukan panggung eksekusi lagi. Melainkan …. Kamar Zhou Chuanyan?!Orang-orang mulai berbisik lebih keras. Aku bisa mendengar potongan suara di antara mereka. "Benaf juga, ya …, Nyonya Muda Ye kan, memang putrinya Adipati Agung ….""Tapi bukankah Baginda sendiri yang mengampuninya?" "Kalau memang diampuni, kenapa dia tidak memohon ampun untuk adiknya? Mereka kan sama-sama tidak tahu apa-apa." "Benarkah Nyonya Muda Ye membuang adiknya?" "Tidak mungkin, kan …."Dadaku sesak. Aku ingin menjawab, ingin menjelaskan, tapi lidahku terasa berat. Semua kata terasa salah.Ye Qingyu menatap kerumunan itu dengan pandangan tajam. "Semua itu omong kosong," dia berkata lantang. "Istri saya bukan wanita seperti yang dituduhkan. Dia dihormati oleh seluruh keluarga Ye dan dikenal oleh semua orang dengan kebaikannya sendiri." "Jika kalian lebih memilih mempercayai teriakan orang yang bahkan tidak bisa berdiri dengan benar, silakan, tapi aku tak akan membiarkan siapa pun menodai nama keluargaku."Nada suaranya tegas, penuh wibawa. Tapi Chuanyan menatapnya dengan ta
Udara Beizhou membawa embun yang wangi, dan sinar matahari menembus kisi-kisi jendela kamarku seperti benang sutra emas. Tubuhku masih sedikit berat, tapi wajahku tak lagi sepucat kemarin. Tidak ada pusing, tidak ada mual, hanya sedikit lemas yang mudah diabaikan.Seperti yang kuduga, flu ringan memang akan sembuh hanya dengan beristirahat sepanjang malam. Aku beringsut duduk dan meregangkan tubuh. Segar sekali. Aku menoleh ke samping, Ye Qingyu masih meringkuk di balik selimut tebal. Aku bangun lebih awal darinya. Musim gugur memang waktu yang cocok untuk bermalas-malasan. Biasanya dia sudah duduk di ruang depan, membaca laporan perbatasan sambil menyesap teh, tapi pagi ini dia masih terlelap di atas ranjang. Napasnya pelan. Mungkin karena semalaman menemaniku yang sempat demam ringan.Aku baru saja hendak menyiapkan teh ketika suara gaduh dari arah depan terdengar. Awalnya samar, seperti suara langkah yang terburu-buru. Tapi tak lama, teriakan pelayan memecah udara pagi."Cepat p
Ye Qingyu sudah dua bulan penuh menghabiskan waktunya di rumah bersamaku. Ia memang sedang cuti panjang karena luka lamanya yang belum benar-benar sembuh, tapi ia selalu tampak lebih sehat setiap harinya.Dan setiap pagi, aku akan melihatnya duduk di bawah sinar matahari, menyesap teh sambil membaca laporan yang dikirim Ye Tinghan dari markas perbatasan.Haha, sudah mirip dengan jenderal pensiunan padahal usianya saja baru dua puluh satu tahun. Kadang, aku duduk di sebelahnya. Kadang, aku hanya memandangi punggungnya dari teras. Aku baru menyadari betapa tenang wajahnya saat tidak mengenakan baju perang—sudah lama sejak aku melihatnya sesantai ini."Kenapa melihatku seperti itu?" dia bertanya tanpa menoleh. Pagi ini, kami duduk di paviliun taman dan sarapan bersama. "Karena tidak setiap hari aku bisa melihat Jenderal Ye tanpa bau darah dan peluh," jawabku sambil menahan tawa.Dia terkekeh pelan, lalu menatapku balik. "Kau ini kenapa?Sudah dua bulan aku hanya dipenuhi aromamu yang ma
Dua bulan telah berlalu sejak kebakaran yang menghebohkan itu.Hari-hari di Kediaman Ye berjalan seperti aliran sungai yang tenang. Aku terbiasa membuka mata pada fajar, menyiapkan teh untuk Ye Qingyu, lalu duduk di beranda sembari memandangi taman yang mulai ditumbuhi bunga musim semi.Aku mulai terbiasa dengan kedamaian ini, aroma kayu cendana di aula utama, dengan langkah kaki para pelayan yang ramah, dan dengan cara Ye Qingyu memandangku setiap kali aku menyiapkan sarapannya.Rasanya aneh, karena untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku bisa berkata bahwa aku hidup seperti seorang istri pada umumnya.Ye Tinghan dan Ye Xuanqing sudah kembali ke pos masing-masing di Timur dan Utara. Mereka berdua sibuk seperti biasa.Sementara Ye Qingyu masih di rumah, menjalani masa cutinya yang panjang. Luka-lukanya dari medan perang belum sepenuhnya pulih, meski dia bersikeras bahwa dirinya baik-baik saja.Kadang aku menangkapnya mengerang pelan saat duduk terlalu lama. Kadang aku memergokinya me
"Lama tidak mendengar kabarmu, Adik Ipar. Kau tampak lebih sehat dari hang kubayangkan, ya." Ye Qingyu menyapanya dengan senyum ramah.Ah, astaga, tapi yang dia katakan itu sama sekali bukan sapaan yang baik. Tapi ini bukan saatnya untuk membahas itu. Aku menatap Chuanyan dengan raut datar, gadis yang kini telah berusia enam belas tahun itu menatapku jengkel seolah-olah terganggu dengan kedatanganku. "Seperti yang sudah kukatakan, aku datang untuk mengantarku pulang, ke rumahmu sendiri." "Hah? Kakak mau membiarkanku tinggal di rumah yang hangus itu?" dia bertanya dengan nada marah sambil menatapku dengan ekspresi kesal. "Hei …, kau sungguh berpikir aku bisa setega itu?" "Selama itu Kakak dan aku, tidak ada yang tidak mungkin." Aku mendengus. "Yang penting, sekarang kamu berkemaslah dan kita segera pergi dari sini. Atau aku akan berubah pikiran dan membuangmu di jalanan." Aku berbalik dan meninggalkan kamarnya. Aku juga menyuruh pelayan yang kami bawa dari kediaman baru Chuanyan
Paginya aku terbangun lebih awal dari Ye Qingyu. Tapi tubuhku terasa benar-benar kurang tidur. Ye Qingyu terlelap pukul dua. Tapi tepat setelah dia tidur, Chunhua mengirimiku makan malam. Jadi aku memutuskan segera mandi lalu makan.Sebenarnya aku bisa saja melewatkan makan malam, tapi itu bisa memengaruhi kualitas tidurku. Jadi aku harus memastikan perutku sudah kenyang sebelum tidur. Dan itu rasanya benar-benar menyegarkan begitu bangun. Hanya sedikit rasa mengantuk saja.Aku meminta Chunhua menyiapkan air hangat untuk Ye Qingyu mandi. Aku berniat membangunkannya. Tapi ternyata dia sudah membuka mata.Dengan senyum hangat yang polos, dia menyapaku. "Istriku,selamat pagi."Aku tersenyum. "Selamat pagi. Tidurmu nyenyak sekali, ya.""Bagaimana denganmu?" dia menatapku, tapi tatapanku malah fokus ke tubuhnya yang bertelanjang dada dan hanya berbalut selimut untuk menutupi puser hingga kakinya."Cepat mandi. Semua orang menunggu kita untuk sarapan." Aku berbalik setelah menyadari bahwa






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น