Keesokan paginya, sinar matahari menerobos lewat tirai tipis, membelai pelan wajah Qiana yang masih terlelap. Suara burung di luar terdengar samar, bercampur dengan aroma kopi yang menyeruak dari dapur.Zayn duduk santai di meja makan, masih mengenakan kaos abu-abu dan celana panjang santai. Tangannya sibuk memegang cangkir kopi, sementara di hadapannya ada piring roti panggang yang sudah digigit separuh.Di sebelahnya, ponsel berdering pelan—pesan dari rumah sakit yang mengingatkan jadwal hari ini. Namun, ia tidak tergesa. Hari ini, ia memang sengaja masuk sedikit siang, karena semalam pulang larut dan ingin menghabiskan waktu lebih lama di rumah.Dari arah kamar, terdengar langkah kaki pelan. Qiana muncul sambil menguap kecil, rambutnya masih berantakan, kaosnya sedikit kebesaran. "Pagi." Ia melihat ke arah Qiana dan menyapanya lebih dulu."Pagi," balas sang istri. “Kamu kok udah bangun kak?” tanyanya, setengah heran.Zayn menoleh, senyum tipis terbit di wajahnya. “Yaah, pas kebang
Last Updated : 2025-08-16 Read more