Bima mengetuk-ngetukkan jari di setir mobilnya yang terparkir di depan galeri milik Laras. Rencananya, dia akan menjemput Laras, lalu mereka akan pergi ke sebuah tempat untuk berbicara. Tapi hingga lima belas menit Bima menunggu, Laras belum terlihat.Hampir saja Bima turun dari mobilnya dan masuk untuk mencari Laras kalau saja pintu samping tidak dibuka tiba-tiba dari arah belakang. Laras masuk, lalu duduk di samping Bima. “Maaf aku telat,” katanya pendek.Bima melihat adik iparnya itu. Laras terlihat lebih kurus. “Dari mana kau, Ras? Aku tidak melihatmu keluar dari galeri,” tanya Bima.“Aku dari luar,” jawab Laras singkat tanpa menoleh ke arah Bima.Bima menghela napas. Setelah kejadian di vila, pertemuannya dengan Laras pasti selalu canggung. Dia menghidupkan mobilnya, meninggalkan galeri Laras ke arah utara kota.“Kita bicara di sini,” kata Bima setelah mobilnya berhenti di bahu jalan yang cukup rindang dan sepi. Bagi Bima, tak ada tempat yang cukup aman untuk pembicaraan mereka b
Terakhir Diperbarui : 2025-05-28 Baca selengkapnya