Dunia di sekeliling Alya saat ini terasa berputar dalam kaleidoskop buram. Seragam biru tua, kilatan lencana, hingga suara-suara asing yang tajam dan berwibawa. Namun, satu-satunya hal yang nyata, satu-satunya jangkar di tengah badai itu, adalah sepasang mata di hadapannya. Mata Arka. Hangat, lekat, dan penuh janji yang baru saja terucap. “Ayo kita pergi dari sini,” bisik Arka, suaranya rendah dan mantap, membelah keributan di sekitar mereka.Tangannya yang menangkup wajah Alya bergerak turun, menggenggam bahunya dengan erat namun lembut. Ia memutar tubuh Alya, menjadikannya punggungnya sebagai perisai hidup yang menghalangi pemandangan Rio yang kini digiring oleh dua orang petugas. “Tunggu sebentar, Arka-san.” Suara Kenji terdengar, tenang dan profesional. “Petugas perlu beberapa keterangan awal.” Kevin yang berdiri di sampingnya menyahut cepat, “Biar saya yang urus, Kenji-san. Namun sekarang saya harus bawa mereka pulang. Kondisi Alya nggak memungkinkan.” “Saya mengerti,” jawab
Last Updated : 2025-10-24 Read more