Boy menunduk sedikit. "Kami terus melacak keberadaan mereka dan siapa sebenarnya sopir itu." David mengusap wajahnya kasar. Nafasnya berat. Dadanya sesak berat. "Argghh! Mungkinkah Irish pergi begitu saja karena aku marah padanya? Hanya karena aku marah seperti itu, dia langsung pergi? Atau mungkin karena ancaman bodoh dari Papaku? Katanya dia mau menemaniku, apa pun yang terjadi. Katanya dia tidak akan pergi apapun yang terjadi. Hish! Omong kosong!" Dia tertawa kesal, geram sendiri. Boy diam menyimak sambil mempelajari gestur tubuh, raut wajah, dan apa yang dikatakan Bosnya itu. Sama sekali tidak sinkron. Antara mulut pikiran dan hatinya, tidak berjalan searah. Jelas atasannya itu sedang kesal karena Irish pergi dan gelisah, mencemaskan istrinya. David tertawa kecil, getir. "Boy, kamu tahu? Bahkan wanita itu sempat bilang kalau suka padaku. Suka, katanya. Tapi pergi!" Boy menatap David lekat. "Saya rasa, Irish tidak sengaja pergi, Pak. Ada kemungkinan dia dijebak. Sopir itu—"
Last Updated : 2025-10-28 Read more