Married with a Strange Man의 모든 챕터: 챕터 51 - 챕터 60

**Kini Darren dan Diana sudah ada di parkiran. Dengan buru-buru lelaki itu memasangkan seatbelt kepada istrinya. Untung saja pekerjaannya sudah rampung, siang ini ia bisa pulang. Tidak baik jika Diana berlama-lama dengan sahabat-sahabat gesreknya. Apalagi Andra, sejak tadi mata lelaki itu tak pernah berpaling dari Diana. Seolah-olah tidak pernah melihat makhluk bernama "wanita". Kalau saja Darren lupa bahwa Andra adalah sahabatnya, mungkin ia akan menarik lelaki itu dan menghadiahinya dengan dua atau satu pukulan kasih sayang tepat di pipinya."Kita mau ke mana ?""Pulang, kamu mau pulang kan ?" tanya Darren sambil menatap Diana lekat. Diana yang diperlakukan seperti itu langsung memalingkan wajah ke kiri. Terkadang, hanya dengan tatapan saja, Darren berhasil membuat jantung Diana berdetak tak karuan. Padahal dulu Diana sama sekali tidak takut kepada Darren, ia bisa dengan terang-terangan menatap sinis suaminya. Ia benar-benar tidak habis pikir, kemana perginya keberanian yang sejak

Lelaki itu mengernyitkan dahinya."Apa dia sudah makan siang ? Tolong ingatkan dia.""Baik Tuan sebentar."***Dengan panggilan yang masih terhubung, si pelayan berlari menuju lantai dua."Nyonyaa..."Hening. Tak ada jawaban apapun."Nyonya Dianaa...""Nyonya tolong buka pintunya."Karena khawatir, si pelayan langsung membuka pintunya.Diana terlihat begitu pucat, ia terbaring di kasurnya. Saat memegang kening majikannya, mata wanita setengah baya itu langsung terbelalak."Ya ampun Nyonya..." teriak Ningsih. Wanita itu memang yang paling dekat dengan Diana."Kenapa Bii?!!" tanya Darren terburu-buru dari seberang sana."Nyonya demam, Tuan."Mendengar suara itu Diana langsung terbangun."Kenapa bisa ? Apa yang wanita pembangkang itu lakukan ?""Tadi Nyonya...""Jangan Bii..." cegah Diana dengan suara lirihnya.Mendengar hal itu wajah Darren yang sedang berada di seberang sana langsung memerah. Ia benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan istrinya."Tadi nyonya membantu kami beres-bere

#flashbackSiang itu tepat hari Sabtu, sedang diadakan acara arisan keluarga. Acara itu tidak hanya dihadiri oleh anak-anak Rosa, tapi juga seluruh keluarga besar Atmaja. Ryan Atmaja adalah salah satu konglomerat di negeri ini, dan Rosa adalah anak bungsu dari lelaki itu.Vina ingin membuktikan bahwa dirinya menantu idaman, ia terus bekerja untuk menyukseskan acara yang begitu penting ini. Ia mengarahkan beberapa pelayan untuk menyimpan toples berisi cookies di setiap meja. Tak hanya itu, ia juga ikut memantau para chef yang sedang memasak.Seorang anak perempuan berlari menuju ibunya, yang tak lain adalah Vina."Ibuuu...""Hari ini Ana ulang tahun...""Ana mau jalan-jalan ke mall beli hadiah, Ana juga mau tiup lilin. Alya bilang ulang tahun Ana paling buruk karena tidak ada yang ngasih kado!"Vina terus berjalan, mengabaikan rengekan anaknya yang ingin pergi ke mall di saat acara sebentar lagi akan dimulai."Ibuuu...""Ibu dengerin Ana nggak ? Ana mau...""DIAM!!!!" teriak Vina. Wani

***Tepat pukul sepuluh mereka tiba. Melihat mobil majikannya, beberapa penjaga langsung membukakan gerbang.Diana mengernyitkan dahi saat netranya berhasil menangkap objek tak asing. Mobil ayahnya terparkir di depan rumah. Sekilas Darren menatap Diana. "Kamu kenapa?""Engga, mereka mau apa ya ke rumah?" tanya Diana bingung. Sedikit merasa takut, tapi ia tak mengatakan itu kepada Darren."Biar aku turun terlebih dahulu," ucap Darren menenangkan, ia pun bersiap untuk turun."Nggak papa, aku ikut turun juga," ucap Diana sambil bersiap melepaskan seatbelt.Mereka berjalan beriringan menaiki tangga. Darren membuka pintu, mempersilahkan Diana masuk terlebih dahulu.Ternyata benar, ayah dan ibunya sedang berkunjung. Diana pun mendekat, mencium tangan kedua orang tuanya. Tak lama Darren datang. Lelaki itu berusaha menahan emosinya, mencoba untuk tetap menghormati kedua mertuanya. Awalnya Darren berniat menghadiahkan beberapa tonjokan di pipi mertuanya, namun ia langsung tersadar, perlakuan

Sinar matahari pagi yang begitu cerah memasuki halaman belakang salah satu mansion megah di komplek perumahan elit itu. Suara kicauan burung yang terbang saling bersahutan, tidak ada ayam yang berkokok, tentu saja karena tak ada yang memelihara di sana. Embun terlihat di beberapa tanaman. Semalam hujan turun begitu deras, untungnya ketika pagi datang, cuaca berubah menjadi cerah.Seorang wanita tengah duduk di salah satu kursi. Menikmati teh hangat buatan pelayannya. Sesekali ia mengusap perut, meskipun ia sedikit membenci ayah dari janin yang dikandungnya, ia begitu menyayangi calon anaknya. Malam tadi pun tetap sama, Adam tidak menemani tidurnya. Lagi-lagi lelaki itu pergi. Selama hidupnya Alya tak pernah merasakan pengkhianatan, itu karena dirinya begitu disayang dan dicintai, namun sekarang Adam membuat harga dirinya terluka. Saat ini Alya tidak memakai kerudung. Ia mengenakan setelan pendek. Ia duduk menumpangkan kaki. Rambut dengan warna merah menyala tergerai begitu saja. Baru