Manik mata Amarantha masih tertuju padanya.Seketika, Alina nyaris ingin menampar mulutnya sendiri. Kenapa bisa-bisanya ia bicara tanpa memikirkan situasi?Perlahan, Alina bangkit berdiri dan menyelipkan kembali map ke dalam tumpukan dokumen di meja. Cepat-cepat ia mengubah raut wajah, lalu melangkah mendekat ke arah Amarantha sambil menyunggingkan senyum tipis, berusaha terlihat santai di depan sang Oma.“Bukan apa-apa, Oma. Tadi aku tidak sengaja menjatuhkan map-map Gallen,” kata Alina, mencoba terdengar ringan. “Oma tahu sendiri, dia sensitif kalau barang-barangnya bergeser satu senti saja.”Amarantha menghela napas pendek, lalu menepuk lengan Alina dengan gerakan lembut. Wanita berambut perak itu mengangguk pelan. “Maafkan cucuku yang terlalu perfeksionis itu, ya,” tuturnya sambil tersenyum tipis. “Tapi kamu tenang saja. Kalau dia marah, bilang padaku. Biar aku yang menegurnya.”Alina terkekeh kecil. Entah kenapa, ia merasa telah merebut posisi cucu kesayangan Amarantha. Bahkan Ga
Last Updated : 2025-06-23 Read more