Sore harinya, Nadine duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop yang penuh dengan notifikasi. Puluhan email masuk dari media, beberapa di antaranya sudah meminta konfirmasi. Telepon berdering nyaris tanpa henti. Ia menahan diri untuk tidak merespons.Sementara itu, Alfandi mengirim pesan singkat. [Jangan nekat, Nad. Kamu tahu, tanpa aku, kariermu selesai.]Nadine menggenggam ponselnya erat, jemarinya hampir menekan tombol balas. Akan tetapi, dengan sekuat tenaga ia menahan diri. “Kalau aku terpancing, dia yang makin besar kepala dan arogan. Sudah saatnya kamu jatuh, Fan.”Nadine menelepon pengacaranya. Tak butuh waktu lama, akhirnya tersambung.“Selamat sore, Ibu Nadine.”“Selamat sore, Pak. Gimana perkembangan kasus saya?”“Tinggal pemanggilan terlapor, Bu.”“Kasus pencemaran nama baik dan tindakan pengancaman sudah masuk?”“Sudah, Bu.”“Oke. Tolong menangkan semua kasus saya!”“Saya pastikan itu.”*_*Malam tiba. Hujan gerimis turun tipis di jalanan kota. Nadine mengenakan mantel
Terakhir Diperbarui : 2025-08-20 Baca selengkapnya