Bab 17.“Dek, bangun, dek... ayo sholat,” bisik Arjuna pelan, suara khas orang bangun tidur lalu mendekatkan wajahnya ke leher Anin.Hembusan nafasnya yang hangat membuat Anin menggerutu pelan. “Awas, Mas...” gumamnya, separuh kesal, separuh masih terbuai kantuk. Tubuhnya menggeliat malas, berusaha menjauh dari kehangatan Arjuna yang terlalu nyaman untuk ditinggalkan pagi-pagi begini.Tapi Arjuna tertawa pelan. “Subuh, dek. Nggak baik ditunda-tunda.”Dengan enggan, Anin mengangkat selimut, menyingkir dari pelukan suaminya. Ia duduk di pinggir ranjang, mengucek mata, lalu berdiri dan berjalan pelan ke kamar mandi. Kakinya menyeret, tapi tubuhnya bergerak mantap. Tak lama, terdengar suara kran air dan gemericik dari dalam.Sementara itu, Arjuna sudah duduk bersila di tepi ranjang, mengenakan sarung kotak-kotak dan peci hitam sederhana. Wajahnya tampak segar, bersih dari sisa kantuk. Anin keluar dari kamar mandi, wajahnya basah karena wudhu, rambutnya digelung asal. Ia memandangi Arjuna
Last Updated : 2025-07-03 Read more