Selina berdiri kaku di hadapan Zander. Suasana ruangan itu begitu sunyi, hanya terdengar suara detak jam dinding yang seakan menertawakan ketakutannya. Zander duduk di kursi kerjanya, satu tangan menopang dagunya, menatap Selina dengan mata tajam dan gelap.“Sekarang, jelaskan,” ujar Zander pelan, namun nadanya menuntut dan menekan. “Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan dengan prosedur operasi itu?”Selina menelan ludah. Tubuhnya gemetar, matanya berair menatap pria itu. Namun dia tahu, tak ada gunanya lagi berbohong.“A-aku… aku memang berbohong, Mas…” suaranya bergetar. “Aku ke rumah sakit untuk menutupi keperawananku. Aku… aku takut kau benci jika tahu kondisiku sebenarnya. Ma-maksudku… aku juga tak punya pilihan lain dengan pernikahan kita. Aku juga… dipaksa,” jelas Selina dengan terbata-bata. Zander tertawa kecil, namun terdengar lebih seperti ejekan yang menohok jantung Selina. Matanya menyipit sinis. “Takut aku membencimu?” ulang Zander dengan nada menghina. “Selina, jika ak
Terakhir Diperbarui : 2025-07-07 Baca selengkapnya